Moneter dan Fiskal

AS-China “Gencatan Senjata” Tarif, Ekonom Permata Bank Beberkan Dampaknya ke Ekonomi RI

Jakarta – Amerika Serikat (AS) dan China sepakat melakukan “gencatan tarif impor” selama 90 hari ke depan. Kesepakatan yang diumumkan pada Senin (12/5) itu, menjadikan tarif AS atas impor barang China turun menjadi 30 persen. Sebaliknya, China untuk barang AS turun menjadi 10 persen.

Menanggapi hal tersebut, Chief Economist Permata Bank Josua Pardede mengatakan, deskalasi tarif impor AS dan China masih akan tetap memberikan dampak perlambatan ekonomi bagi Indonesia.

“Kalau kita bicara penurunan tarif dari 145 persen ke 30 persen, itu sebenarnya masih tetap ada kenaikan. Artinya, kalau kita bicara dampaknya pun akan tetap ada perlambatan volume global dengan tetap adanya tarif, “ ujarnya dalam acara PIER Q1 2025 Economic Review & Media Gathering Permata Bank, Rabu, 14 Mei 2025.

Menurutnya, dampak eskalasi tarif AS-China sendiri baru akan terasa apabila kesepakatan tarif dagang 0 persen. 

Baca juga : Perang Dagang AS-China Mereda, Ini Dampaknya bagi Indonesia

“Kalau sekiranya kesepakatan dagangnya 0 tarif, yang back to square lagi mungkin dampaknya bisa lebih marjinal. Ataupun dampaknya akan lebih kecil lagi,” jelasnya.

Ia menjelaskan, pihaknya pun belum bisa melihat titik terang pertumbuhan ekonomi Indonesia terkait penurunan tarif impor AS-China. 

“Kita juga belum tahu nanti setelah 90 hari gencatan tarif impor ini, apakah nanti negosiasinya akan tetap berjalan dengan mulus atau tidak. Jadi, kita belum bisa melihat adanya probabilitas titik terang ke sana,” jelasnya.

Merujuk data Permata Institute for Economic Research (PIER), pertumbuhan ekonomi Indonesia sepanjang 2025 akan melambat, lebih rendah dari target sebelumnya. 

Baca juga : Xi Jinping Sindir Trump: Tak Ada Pemenang dalam Perang Tarif

Salah satu faktornya, ketidakpastian perang dagang antara AS-China sehingga ikut mendorong investor untuk wait and see dalam rencana ekspansi bisnis. 

Imbasnya, pertumbuhan Produk Domestik Bruto (PDB) RI pada tahun 2025 diproyeksikan berada di kisaran 4,5 – 5,0 persen. Angka tersebut lebih rendah dari proyeksi awal sebesar 5,11 persen.

Melihat tren tersebut, pihaknya merivisi proyeksi pertumbuhan ekonomi RI pada 2025 menjadi di bawah 5 persen, lebih rendah dari perkiraan awal sebesar 5,11 persen.

“Ini berarti tadi kalau seandainya ada dinamika bergerak depannya, ya kami melihat memang masih ada potensi bergerak juga, tapi masih di range di bawah 5 persen,” bebernya.

Oleh karena itu, pihaknya berharap pemerintah bisa merespons dengan kebijakan fiskal yang lebih ekspansif dan stimulus tepat sasaran agar konsumsu dan investasi domestik kembali bergerak. (*)

Editor: Galih Pratama

Muhamad Ibrahim

Recent Posts

RUPSLB Bank Mandiri Rombak Komisaris, Ini Susunan Lengkapnya

Poin Penting RUPSLB Bank Mandiri (BMRI) 19 Desember 2025 memutuskan perombakan jajaran dewan komisaris, sementara… Read More

42 mins ago

Pemerintah Kucurkan Rp268 Miliar untuk Pulihkan Daerah Terdampak Bencana Sumatra

Poin Penting Pemerintah menyalurkan Rp268 miliar ke Aceh, Sumut, dan Sumbar untuk 3 provinsi dan… Read More

4 hours ago

Emiten Boy Thohir (ADRO) Tebar Dividen Interim Jumbo USD250 Juta, Catat Tanggalnya

Poin Penting PT Alamtri Resources Indonesia Tbk menetapkan pembagian dividen tunai interim tahun buku 2025… Read More

5 hours ago

TWP90 Pindar di Atas 5 Persen, Ini Prediksi OJK untuk 2026

Poin Penting Per Oktober 2025, terdapat 22 Pindar dengan TWP90 di atas 5 persen, mayoritas… Read More

5 hours ago

IHSG Ditutup Melemah Jelang Akhir Pekan, Nilai Transaksi Tembus Rp47,06 Triliun

Poin Penting IHSG ditutup melemah 0,10 persen di level 8.609,55 dengan total transaksi Rp47,06 triliun.… Read More

5 hours ago

CSIS Gelar RUPSLB Jelang Akhir 2025, Ini Hasilnya

Poin Penting RUPSLB CSIS terkait penambahan modal ke entitas anak belum disetujui karena kuorum pemegang… Read More

5 hours ago