News Update

APPI: Membludaknya Restrukturisasi Hambat Casflow Multifinance

Jakarta – Sampai dengan 11 Agustus 2020, industri perusahaan pembiayaan (multifinance) sudah melaksanakan restrukturisasi pembiayaan terhadap 4,2 juta debitur, dengan total nilai mencapai Rp124 triliun. Adapun total aplikasi permohonan yang diterima mencapai 4,8 juta kontrak dnegan total nilai Rp150 triliun. Sebanyak 350 ribu kontrak dengan total nilai Rp16 triliun sedang dalam proses.

“Jumlah kontrak yang kami restrukturisasi sangat besar. Sebagian besar adalah terkait debitur UMKM atau pekerja sektor informal,” kata Ketua Umum Asosiasi Perusahaan Pembiayaan Indonesia (APPI) Suwandi Wiratno dalam InfobankTalkNews Media Discussion dengan tema “Menakar Kekuatan Multifinance di Era New Normal: Menahan Goncangan Lewat Stimulus Kebijakan OJK” Rabu, 12 Agustus 2020.

Menurutnya, membludaknya pembiayaan yang direstrukturisasi tersebut tentu berimbas pada terhambatnya cashflow perusahaan pembiayaan. Dirinya menyebut, pendapatan secara industri masih menurun sedangkan beban operasional tidak serta merta bisa ditekan.

Mau tidak mau pelaku industri harus menjalankan sejumlah strategi agar bisa bertahan di masa sulit sekarang ini. Sebisa mungkin perusahaan harus bisa melakukan efisiensi biaya. Menurutnya optimalisasi penggunaan teknologi bisa diterapkan supaya tetap bisa produktif.

Selain itu, Multifinance disebut semakin ketat dalam menyalurkan pembiayaan. Hal ini menjadi keharusan agar bisa terhindar dari meningkatkan rasio pembiayaan bermasalah (non performing financing/NPF). Kemudian, sumber dana menjadi sesuatu yang sangat penting bagi kelangsungan industri pembiayaan.

“Kami mengharapkan dukungan likuiditas dari perbankan. Inilah sumber ‘darah” bagi perusahaan pembiayaan supaya bisa tumbuh,” tegas Suwandi.

Di sisi lain, sampai Mei 2020, kinerja industri pembiayaan memang mengalami perlambatan. Berdasarkan data OJK, piutang pembiayaan tumbuh minus 6,4% year on year (yoy) menjadi Rp420 triliun. Kualitas pembiayaan pun menurun di mana NPF berada di level 4,1%. Bisnis yang tumbuh minus berdampak pada anjloknya laba industri multifinance menjadi Rp2,6 triliun, atau turun 65%. (*) Ari Astriawan

Editor: Rezkiana Np

Suheriadi

Recent Posts

IHSG Rawan Terkoreksi, Intip 4 Rekomendasi Saham Berikut

Jakarta - MNC Sekuritas melihat pergerakan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) secara teknikal pada hari… Read More

16 mins ago

Jumlah SID Naik, BEI Gaspol Tingkatkan Keaktifan Investor di Pasar Modal

Balikpapan – PT Bursa Efek Indonesia (BEI) mencatat, jumlah single investor identification (SID) menembus 14 juta per… Read More

12 hours ago

Generali Indonesia Beri Perlindungan Asuransi bagi 6.000 Pelari di PLN Electric Run 2024

Jakarta – PT Asuransi Jiwa Generali Indonesia (Generali Indonesia) terus mendukung berbagai kegiatan yang mempromosikan kesehatan… Read More

13 hours ago

Diikuti 6.470 Pelari, PLN Electric Run 2024 Ditarget Hindari Emisi Karbon hingga 14 ton CO2

Jakarta - Sebanyak 6.470 racepack telah diambil pelari yang berpartisipasi dalam PLN Electric Run 2024… Read More

20 hours ago

Segini Target OJK Buka Akses Produk dan Layanan Jasa Keuangan di BIK 2024

Jakarta – Otoritas Jasa Keuangan (OJK) membidik pencapaian Bulan Inklusi Keuangan (BIK) 2024 sekitar 8,7… Read More

21 hours ago

HUT ke-26, Bank Mandiri Hadirkan Inovasi Digital Adaptif dan Solutif untuk Siap Jadi Jawara Masa Depan

Jakarta - Merayakan usia ke-26, Bank Mandiri meluncurkan berbagai fitur dan layanan digital terbaru untuk… Read More

1 day ago