BI Proyeksikan Pertumbuhan Ekonomi Kuartal IV-2018 Stagnan
Yogyakarta – Bank Indonesia (BI) mengaku terus mengantisipasi kenaikan suku bunga Bank sentral Amerika Serikat (AS) atau The Federal Reserve (The Fed), dimana pada 21 Maret 2018 lalu The Fed telah menaikkan suku bunga acuan sebesar 0,25 persen menjadi 1,5 persen-1,75 persen.
Deputi Senior Gubernur BI, Mirza Adityaswara bahkan menilai, suku bunga The Fed diprediksi akan terus melaju di angka 3 persen pada tahun ini, atau diperkirakan masih akan meningkat tiga kali hingga empat kali.
“Amerika Serikat sebagai penyedia likuiditas dolar dunia itu suku bunganya akan terus naik. Sekarang baru 1,75 persen mungkin menuju ke 3 persen. Jadi kalau kita bicara tahun in baru sekali, tahun lalu tiga kali, jadi bisa naik tahun ini pada September, Juni dan Desember, tapi mungkin juga Juni, September, Desember,” ungkap Mirza pada seminar nasional dengan tajuk “Pengembangan dan Pembiayaan Industri Padat Karya Berorientasi Ekspor”, di Kantor Perwakilan BI Jogyakarta, Jogyakarta, Senin 7 Mei 2018.
Mirza menambahkan, keputusan The Fed tersebut akan berdampak pada Indonesia sebagai negara emerging market untuk turut menyesuaikan. Terlebih pada saat ini komponen impor Indonesia masih didominasi menggunakan valuta asing (valas).
Baca juga: Perang Dagang Berpotensi Pengaruhi Kenaikan Suku Bunga The Fed
“Dalam situasi seperti itu, yang harus kita lakukan kita butuhkan dana dari dalam negeri plus impor, dan kita perlu valas. Kalau permintaan terhadap valas untuk bayar impor sama utang valas ke luar negeri, bayar dividen ke luar negeri, kita butuh valas yang jauh lebih besar dr yang kita punya sekarang,” jelas Mirza.
Mirza juga memaparkan bahwa kinerja nilai ekspor Indonesia pada 2017 masih rendah dibandingkan negara Asia lainnya yang hanya sebesar USD145 miliar. Padahal Thailand mampu mencetak ekspor USD231 miliar, sementara Malaysia dan Vietnam juga mencatat ekspor masing-masing USD184 miliar dan USD160 miliar.
Oleh karena itu, pihaknya terus mendorong seluruh pihak untuk dapat meningkatkan volume dan nilai transaksi ekspor dengan mengembangkan dan meningkatkan industri padat karya berbasis ekspor.
“Harus ada aktivitas sektor riil yang meningkat salah satunya dengan industri padat karya berorentasi ekspor,” tukas Mirza.(*)
Poin Penting Menurut Asuransi Jasindo mobilitas tinggi memicu potensi kecelakaan dan kejahatan, sehingga perlindungan risiko… Read More
Poin Penting Pemerintah menyelamatkan lebih dari Rp6,6 triliun keuangan negara, sebagai langkah awal komitmen Presiden… Read More
Poin Penting Bank Mandiri menerapkan perlakuan khusus kredit bagi debitur terdampak bencana di Aceh, Sumut,… Read More
Poin Penting BNI menyalurkan kredit Rp822,59 triliun per November 2025, naik 11,23 persen yoy—melampaui pertumbuhan… Read More
Poin Penting BSI menyiagakan 348 kantor cabang di seluruh Indonesia selama libur Natal 2025 dan… Read More
Poin Penting Harga emas Pegadaian turun jelang libur Nataru 2025/2026, dengan emas Galeri24 turun Rp22.000… Read More