Direktur Kebijakan Fiskal Celios, Media Wahyudi Askar di Jakarta, Selasa (7/10). (Foto: Steven Widjaja)
Jakarta – Menteri Keuangan RI, Purbaya Yudhi Sadewa menyatakan akan memangkas anggaran program Makan Bergizi Gratis (MBG) jika hingga akhir Oktober ini penyerapan anggaran MBG dinilai kurang maksimal.
Menanggapi rencana pemangkasan tersebut, Direktur Kebijakan Fiskal Center of Economic and Law Studies (Celios), Media Wahyudi Askar, memandang langkah Menkeu Purbaya sebagai strategi taktis untuk mengalihkan anggaran yang tidak terserap secara optimal ke program-program yang lebih berdampak langsung pada masyarakat kelas bawah.
“Ini kan tinggal tiga bulan lagi (sisa tahun 2025). Jadi, memang langkah Pak Purbaya itu bisa dibilang cukup taktis sebetulnya, untuk mendorong spending, belanja daya beli masyarakat,” sebutnya saat ditemui Infobank di sela-sela acara konferensi pers launching platform MBG Watch di Jakarta, Selasa, 7 Oktober 2025.
Baca juga: Purbaya Bakal Pantau Penyerapan Anggaran MBG hingga Akhir Oktober 2025
Ia menjelaskan, dalam sisa waktu tiga bulan ke depan, memang dibutuhkan langkah yang bersifat extraordinary untuk menggenjot belanja atau daya beli masyarakat.
Mengingat sisa waktu yang singkat menjelang akhir tahun, pemerintah tak bisa lagi mengambil strategi penyesuaian yang bersifat long term untuk menggenjot daya beli masyarakat di tahun ini.
Jika masih tersisa satu semester, pemerintah bisa saja melakukan reviu ulang terhadap tender-tender pemerintah agar dilakukan percepatan penyerapan belanja kementerian/lembaga.
“Lalu, belanja pemerintah daerah itu juga bisa didorong. Termasuk program-program yang sifatnya multi-partnership, baik itu dengan perbankan, non-perbankan, tapi itu kan juga biasanya banyak masalah dan kompleks sekali. Butuh waktu,” jelas Media.
Baca juga: Purbaya Bakal Pantau Penyerapan Anggaran MBG hingga Akhir Oktober 2025
Ia sendiri menyatakan kesetujuan atas langkah yang diambil Menkeu Purbaya. Menurutnya, program MBG yang dijalankan pemerintah saat ini memang tidak efisien dan efektif, serta tak berdampak.
Ditambah, mereka yang masuk ke operasional layanan MBG berasal dari pemain-pemain besar, yang bukan dari kalangan petani kecil dan UMKM. Hal ini menyebabkan minimnya perputaran uang pada masyarakat kelas bawah.
“Jadi, pengaruh multiplier efeknya relatif kecil, sehingga kalau seandainya MBG itu tidak efektif, penyerapan anggaran kecil, lebih baik (dananya) digeser ke yang lain,” imbuhnya.
Salah satu langkah paling masuk akal yang dapat dilakukan pemerintah di sisa waktu tiga bulan ini adalah mengalokasikan anggaran yang tidak terserap optimal ke program bantuan subsidi tunai (BST) maupun bantuan subsidi upah (BSU).
Seperti yang dilakukan pemerintah RI saat krisis ekonomi akibat pandemi Covid-19 pada akhir 2021, alokasi ke program bantuan subsidi tunai dan upah dinilai akan jauh lebih efektif mendorong daya beli masyarakat kelas bawah.
Tak hanya menggerakkan ekonomi sektor UMKM, BST maupun BSU berpotensi mengerek pertumbuhan kredit perbankan. Mengingat, melalui BSU dan BST, masyarakat memiliki likuiditas lebih untuk melakukan konsumsi.
“Bantuan subsidi upah uangnya langsung di kantong masyarakat. Jika masyarakat bawah itu cenderung spending ketimbang saving. Kalau masyarakat spending kemudian memutuskan beli motor atau kredit motor, otomatis otomotif setidaknya naik meskipun tak begitu melonjak signifikan,” cetus Media.
Baca juga: BSU Tahap 4 Kapan Cair? Ini Jadwal dan Cara Ceknya
Bahkan, bila dibandingkan dengan pemberian bantuan sembako seperti beras, bantuan langsung tunai tetap lebih baik dan memiliki multiplier effect yang lebih kuat bagi masyarakat kelas bawah.
“Masyarakat kelas bawah itu sebenarnya butuhnya cash, karena untuk memenuhi kebutuhan daily. Ditambah, pemain di sektor beras ini juga tak sederhana. Pasti banyak pertentangan juga,” sambungnya.
Sebagai informasi, hingga awal Oktober 2025, realisasi anggaran MBG baru mencapai Rp21,64 triliun atau sekitar 34 persen dari total anggaran MBG 2025 yang sebesar Rp71 triliun.
Jumlah penerima manfaat MBG tercatat sekitar 30 juta orang dari total target 82,9 juta orang. (*) Steven Widjaja
Poin Penting Hashim Djojohadikusumo meraih penghargaan “Inspirational Figure in Environmental and Social Sustainability” berkat perannya… Read More
Poin Penting Mirae Asset merekomendasikan BBCA dan BMRI untuk 2026 karena kualitas aset, EPS yang… Read More
Poin Penting Indonesia menegaskan komitmen memimpin upaya global melawan perubahan iklim, seiring semakin destruktifnya dampak… Read More
Poin Penting OJK menerbitkan POJK 29/2025 untuk menyederhanakan perizinan pergadaian kabupaten/kota, meningkatkan kemudahan berusaha, dan… Read More
Poin Penting Sebanyak 40 perusahaan dan 10 tokoh menerima penghargaan Investing on Climate 2025 atas… Read More
Poin Penting IHSG ditutup melemah 0,09% ke level 8.632 pada 5 Desember 2025, meski beberapa… Read More