Moneter dan Fiskal

Ancaman Resesi, Ketahanan Ekonomi RI Diklaim Lebih Kuat

Jakarta – Berdasarkan survei Bloomberg, Indonesia berada di urutan kedua terbawah dari 15 negara yang berpotensi resesi meski kemungkinannya hanya 3 persen. Resesi adalah situasi yang terjadi ketika PDB suatu negara negatif selama dua kuartal berturut-turut, di mana Indonesia pernah mengalami pada tahub 2020 lalu.

Menyikapi hal ini, Direktur Center of Economic and Law Studies (Celios) Bhima Yudhistira mengungkapkan, bahwa kondisi ekonomi Indonesia saat ini cukup baik. Bhima mendasarkan penilaiannya pada beberapa indikator, salah satunya adalah cadangan devisa Indonesia yang masih aman atau tercatat sebesar USD136,4 miliar per Juni 2022.

Menurutnya, kondisi ekonomi Indonesia lebih baik dari krisis 2008 dan taper tantrum 2013 yang merujuk pada lonjakan imbal hasil surat berharga AS pada 2013 karena kebijakan Bank Sentral AS mengenai pelonggaran kuantitatif. Kondisi itu sempat membuat ekonomi di ambang resesi dan membuat nilai tukar rupiah terpuruk cukup dalam.

“Beberapa indikator ketahanan ekonomi Indonesia memang jauh lebih baik dari krisis 2008 dan taper tantrum 2013, misalnya cadangan devisa cukup gemuk yakni 136,4 miliar dolar,” jelas Bhima Yudhistira, Senin, 18 Juli 2022.

Sebelumnya, Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Airlangga Hartarto mengklaim baha potensi resesi di Indonesia relatif kecil jika dibandingkan dengan negara lain. Hal tersebut lantaran stabilnya pertumbuhan ekonomi dan masih terjaganya inflasi di dalam negeri.

“Situasi domestik kita relatif baik. Beberapa negara sudah masuk resesi, namun potensi resesi di Indonesia relatif sangat kecil jika dibandingkan negara lain, yaitu sekitar 3 persen,” kata Airlangga.

Selain itu, lanjut Bhima, potensi resesi Indonesia juga kecil jika ditinjau dari indikator windfall komoditas. Ketika windfall komoditas tinggi, harga-harga komoditas juga tinggi. Windfall terkait erat dengan inflasi yang menjadi salah satu penyebab utama resesi. “Kemudian ada windfall harga komoditas yang bantu jaga rupiah tidak terkoreksi sedalam negara peers,” ujarnya.

Meski demikian, Bhima menekankan agar tetap waspada, meski indikator ketahanan ekonomi Indonesia menunjukkan positif. Pemerintah diminta mengurangi ketergantungan terhadap harga komoditas tertentu. “Tapi indikator ketahanan tadi bisa dalam waktu cepat berubah, contohnya ketergantungan terhadap harga komoditas tentu cukup berisiko,” ungkapnya.

Bhima mencontohkan harga CPO (crude palm oil) di pasar internasional anjlok 6,3% dalam setahun terakhir menjadi 3.762 RM/ton pada 13 Juli 2022. Harga nikel juga mulai mengalami koreksi dalam sebulan terakhir.

“Artinya, menggantungkan ketahanan eksternal dengan fluktuasi harga komoditas sama dengan naik roller coaster tanpa sabuk pengaman. Sekali harga komoditas anjlok, hilang pendapatan, devisa dan pertahanan ekonomi langsung melemah,” tambahnya.

Ekonom Indef Eko Listiyanto menambahkan, Menko Airlangga juga berkinerja baik dalam pemulihan ekonomi Indonesia. Menko Airlangga, yang juga Ketua Umum Partai Golkar ini disebut Eko, memiliki kemampuan ekonomi-politik yang mumpuni. “Modal Pak Airlangga itu lebih kepada kemampuan mengorganisasi dan diplomasi, lebih ke ekonomi politik, dengan latar belakang pengusaha,” ucapnya.

“Kalau dari aspek ekonomi saja, kita bisa lihat dari pemulihan ekonomi itu sendiri, beliau adalah  koordinator, dirijen perekonomian dan kelihatan, pelan tetapi pasti lebih kuat. Dari tahun lalu (inflasi)  3,7% sekarang (target inflasi) 4% lebih sedikit. Memang ada progress yang meningkat, setidaknya pemulihan on the right track, meski jalannya tidak  sangat cepat karena kompleksitas pemulihan itu sendiri yang tidak sepenuhnya ada di tangan kemenko,“ kata Eko.

Dalam bidang ekonomi, sebagai tuan rumah G20, Indonesia memiliki peran besar untuk memastikan para anggota menciptakan kata sepakat. “Tema nya kan Recover Together, Recover Stronger, Harusnya ada kata sepakat antara negara-negara G20, apa sih pulih bersama? Semua punya kepentingan yang sama untuk memulihkan kembali ekonominya diluar aspek geo politik,  seharusnya mereka ada komitmen bersama yang sisi ekonomi tidak usah mencampuri urusan politik tetapi arahnya ke ekonomi,“ tandas Eko.

Dalam presidensi G20, Indonesia memiliki tiga topik besar, yaitu Arsitektur Kesehatan Global, Transformasi Ekonomi Digital, dan Transisi Energi. “Tiga hal ini jika bisa ditemukan kata sepakat dan kongkrit, maka pemulihan ekonomi di negara-negara anggota maupun seluruh dunia, akan semakin kuat,” pungkasnya. (*)

Rezkiana Nisaputra

Recent Posts

Netflix, Pulsa hingga Tiket Pesawat Bakal Kena PPN 12 Persen, Kecuali Tiket Konser

Jakarta - Direktorat Jenderal Pajak (DJP) Kementerian Keuangan (Kemenkeu) mengungkapkan bahwa sejumlah barang dan jasa, seperti… Read More

24 mins ago

Paus Fransiskus Kembali Kecam Serangan Israel di Gaza

Jakarta -  Pemimpin tertinggi Gereja Katolik Sedunia Paus Fransiskus kembali mengecam serangan militer Israel di jalur… Read More

28 mins ago

IHSG Dibuka Menguat Hampir 1 Persen, Balik Lagi ke Level 7.000

Jakarta - Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) berbalik dibukan naik 0,98 persen ke level 7.052,02… Read More

2 hours ago

Memasuki Pekan Natal, Rupiah Berpotensi Menguat Meski Tertekan Kebijakan Kenaikan PPN

Jakarta – Pengamat Pasar Uang, Ariston Tjendra, mengungkapkan bahwa kebijakan pemerintah terkait kenaikan Pajak Pertambahan Nilai (PPN)… Read More

2 hours ago

Harga Emas Antam Stagnan, Segini per Gramnya

Jakarta -  Harga emas Antam atau bersertifikat PT Aneka Tambang hari ini, Senin, 23 Desember… Read More

3 hours ago

Transaksi QRIS Kena PPN 12 Persen, Begini Penjelasan DJP

Jakarta – Direktorat Jenderal Pajak (DJP) buka suara terkait dengan transaksi Quick Response Code Indonesia Standard (QRIS)… Read More

3 hours ago