Jakarta – Tahun 2016, ancaman cyber terbesar di dunia berhubungan dengan keuangan. Bentuk ancaman cyber yang timbul diantaranya, perdagangan terselubung yang memperjualbelikan puluhan ribu kredensial server yang berhasil diretas, peretasan sistem ATM, ransomware dan malware mobile banking – serta serangan spionase siber yang ditargetkan, serta hacking dan dumping data-data yang penting.
Penelitian Kaspersky Lab di 2016 menemukan, hanya sekitar 28,7% perusahaan yang mengatakan bahwa mereka memerlukan beberapa hari untuk menemukan adanya insiden keamanan, Sekitar 19% mengaku butuh beberapa minggu atau bahkan lebih utnuk menemukan adanya insiden keamanan.. Sementara, sekitar 7,1% perusahaan membutuhkan waktu berbulan-bulan untuk proses tersebut.
Pada 2016 ditemukan, pencurian keuangan terbesar menggunakan SWIFT-enabled transfer untuk mencuri US$ 100 juta. Selain itu juga ditemukan ada ribuan host di seluruh dunia terekspos di Internet, dengan 91,1% membawa kerentanan yang dapat dieksploitasi dari jarak jauh.
Dibidang perbankan, 36% ancaman cyber online banking menargetkan perangkat Android. Statistiknya mengalami kenaikan dari 2015 yang hanya 8%. Serangan cyber ATM mengalami kenaikan sebesar 20% dibandingkan 2015. (*)
Jakarta - Masyarakat perlu bersiap menghadapi kenaikan Pajak Pertambahan Nilai (PPN) menjadi 12 persen pada 2025. Salah… Read More
Jakarta - Kementerian Ekonomi Kreatif/Badan Ekonomi Kreatif (Kemenkraf/Bekraf) memproyeksikan tiga tren ekonomi kreatif pada 2025. … Read More
Jakarta - Direktorat Jenderal Pajak (DJP) Kementerian Keuangan (Kemenkeu) mengungkapkan bahwa sejumlah barang dan jasa, seperti… Read More
Jakarta - Pemimpin tertinggi Gereja Katolik Sedunia Paus Fransiskus kembali mengecam serangan militer Israel di jalur… Read More
Jakarta - Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) berbalik dibukan naik 0,98 persen ke level 7.052,02… Read More
Jakarta – Pengamat Pasar Uang, Ariston Tjendra, mengungkapkan bahwa kebijakan pemerintah terkait kenaikan Pajak Pertambahan Nilai (PPN)… Read More