“Tren kenaikan inflasi diperkirakan berlanjut berdasarkan survei BI di minggu ketiga November 2016 sehingga mempertahankan sentimen negatif di pasar Surat Utang Negara (SUN) serta rupiah,” ujar Rangga dalam risetnya, di Jakarta, Senin, 21 November 2016.
Selain itu, kondisi dollar index yang masih menguat serta harga komoditas yang mulai melemah juga telah memberikan sentimen negatif pada rupiah. Dollar AS yang terus menguat ini akibat meningginya harapan kenaikan suku bunga AS diakhir tahun dan di 2017. (Baca juga: Pemilu AS Bikin Rupiah Terdepresiasi 2,53%)
“Rupiah sendiri masih terbawa sentimen penguatan dolar serta pelemahan harga komoditas di pasar global bersamaan dengan pelemahan kurs lain di Asia,” ucapnya.
Kendati demikian, kata dia, pada awal minggu ini, tekanan pelemahan rupiah terhadap Dolar AS masih bisa bertahan. “Tetapi kehadiran BI di pasar valas diperkirakan bisa mengurangi peluang depresiasi terlalu tajam,” tutupnya. (*)
Editor: Paulus Yoga
Page: 1 2
Jakarta - Bank Mandiri terus memperkuat daya saing Indonesia dengan mendorong investasi langsung (direct investment)… Read More
Jakarta – Pemerintah mulai mengeksekusi kebijakan penghapusan tagih piutang bagi nasabah UMKM. Kebijakan ini diatur dalam Peraturan… Read More
Jakarta - Anggota Komisi IV DPR RI, Riyono, menyoroti polemik mengenai pagar laut yang terbuat… Read More
Jakarta – Kemudahan berutang secara daring rupanya membuat kelompok generasi milenial terjerat belenggu hutang. Rerata pinjamannya… Read More
Jakarta – Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) pada hari ini, Jumat, 10 Januari 2025, ditutup… Read More
Jakarta - PT Bank Syariah Indonesia Tbk (BSI) mencatatkan pendapatan berbasis fee (fee base income)… Read More