Jakarta–Nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS) diprediksi akan mengalami tekanan dalam jangka pendek. Tekanan rupiah ini sejalan dengan laju dolar AS yang perkasa terhadap mayoritas kurs Asia lainnya pada penutupan perdagangan kemarin (29/5).
Demikian pernyataan tersebut seperti disampaikan oleh Analis PT Samuel Sekuritas Indonesia, Rangga Cipta dalam risetnya, di Jakarta, Selasa, 30 Mei 2017. Menurutnya, tekanan jual yang konsisten di pasar saham serta permintaan dolar yang tinggi jelang Lebaran telah mendorong depresiasi rupiah.
“Masih turunnya yield SUN yang diiringi oleh proporsi kepemilikan asing yang naik menjadi satu-satunya penopang pasokan dolar saat ini. Rupiah diperkirakan masih akan melemah dalam jangka pendek,” ujarnya.
Di sisi lain, pelemahan mata uang Euro yang cukup tajam pasca ECB (European Central Bank) mempertahankan stimulusnya, turut memberikan sentimen pada mata uang paman sam untuk menguat terhadap mata uang dibeberapa negara lainnya.
“Euro melemah tajam ketika pasar keuangan AS tutup setelah ECB berkomitmen untuk mempertahankan stimulusnya. Dengan itu dolar diperkirakan masih menguat di pasar Asia hari ini,” ucapnya. (*)
Editor: Paulus Yoga
Poin Penting Hashim Djojohadikusumo meraih penghargaan “Inspirational Figure in Environmental and Social Sustainability” berkat perannya… Read More
Poin Penting Mirae Asset merekomendasikan BBCA dan BMRI untuk 2026 karena kualitas aset, EPS yang… Read More
Poin Penting Indonesia menegaskan komitmen memimpin upaya global melawan perubahan iklim, seiring semakin destruktifnya dampak… Read More
Poin Penting OJK menerbitkan POJK 29/2025 untuk menyederhanakan perizinan pergadaian kabupaten/kota, meningkatkan kemudahan berusaha, dan… Read More
Poin Penting Sebanyak 40 perusahaan dan 10 tokoh menerima penghargaan Investing on Climate 2025 atas… Read More
Poin Penting IHSG ditutup melemah 0,09% ke level 8.632 pada 5 Desember 2025, meski beberapa… Read More