Jakarta–Pergerakan dolar Amerika Serikat (AS) yang mulai terlihat menguat, pasca Bank Sentral AS (The Fed) memutuskan untuk mempertahankan suku bunganya, akan mendorong pelemahan rupiah dalam jangka pendek.
Demikian pernyataan tersebut seperti disampaikan oleh Analis PT Samuel Sekuritas Indonesia Rangga Cipta, dalam risetnya, di Jakarta, Kamis, 4 Mei 2017. Menurutnya, penguatan rupiah yang terjadi belakangan ini akan tertahan oleh dolar AS.
Selain itu, kata dia, masih negatifnya sentimen dalam negeri jelang pengumuman Standard and Poor’s (S&P), di tengah harga komoditas yang belum menunjukkan pemulihan, dikhawatirkan bakal memberikan dampak negatif pada gerak rupiah.
“The Fed tetap optimistis, dolar kembali kuat. The Fed yang mempertahankan Fed Fund Rate target, masih optimistis pada kesimpulan FOMC meeting yang dirilis dini hari tadi,” ujarnya.
Saat ini, pelaku pasar mulai berfokus pada rilis pertumbuhan ekonomi Kuartal I 2017 yang akan diumumkan oleh Badan Pusat Statistik (BPS). Dirinya memperkirakan pertumbuhan ekonomi akan membaik mendekati 5 persen (year on year/yoy).
“Secara umum aliran dana asing masih konsisten masuk baik ke pasar saham maupun obligasi,” ucapnya. (*)
Editor: Paulus Yoga
Poin Penting 1,56 juta kendaraan meninggalkan Jabotabek selama H-7 hingga H+1 Natal 2025, naik 16,21… Read More
Poin Penting Sebanyak 36 dari 38 provinsi telah menetapkan UMP 2026, sesuai PP 49/2025 yang… Read More
Poin Penting Pemerintah memastikan formulasi UMP 2026 telah memasukkan indikator ekonomi seperti inflasi, indeks alfa,… Read More
Poin Penting Modal asing masuk Rp3,98 triliun pada 22–23 Desember 2025, dengan beli bersih di… Read More
Poin Penting Harga emas Galeri24, UBS, dan Antam kompak naik pada perdagangan Sabtu, 27 Desember… Read More
Poin Penting Menurut Asuransi Jasindo mobilitas tinggi memicu potensi kecelakaan dan kejahatan, sehingga perlindungan risiko… Read More