Moneter dan Fiskal

Analis: Bank Sentral Jepang Bakal Sambut Baik Kenaikan Fed Rate

Jakarta – Sejumlah pejabat The Fed mengeluarkan statement dalam beberapa pekan terakhir bahwa argumen untuk meningkatkan suku bunga AS semakin kuat. Hal ini menimbulkan kekhawatiran bagi sejumlah bank sentral di dunia. Ada anggapan bahwa bank-bank sentral tidak dapat melonggarkan kebijakan moneternya lagi untuk meningkatkan pertumbuhan ekonomi.

Namun demikian, adanya statement terkait rencana The Fed untuk menaikkan suku bunganya pada Rabu di bulan ini saat rapat Komite Pasar Terbuka Federal (FOMC), Bank of Japan (BoJ) justru diperkirakan akan menyambut gembira langkah Federal Reserve tersebut, karena hal ini akan meningkatkan daya tarik dollar AS dan mengurangi ketertarikan terhadap yen Jepang.

Menurut Vice President of Market Research Forextime (FXTM) Jameel Ahmad, apresiasi yang terjadi pada mata uang yen Jepang di sepanjang 2016 ini menjadi masalah besar bagi perekonomian Jepang dan BoJ. Bank sentral Jepang ini dalam kondisi sangat terdesak ini, harus mengeluarkan solusi yang bisa memperlemah mata uangnya.

“Masalahnya, diperlukan perubahan sentimen pasar agar BoJ dapat memperlemah yen Jepang tanpa perlawanan dari investor. Artinya, peningkatan suku bunga AS dan perubahan sentimen pasar akan menjadi hal yang sangat menggembirakan bagi BoJ saat ini,” ujar Jameel dalam risetnya, di Jakarta, Selasa, 20 September 2016.

Kendati begitu, kata dia, The Fed sebaiknya tidak meningkatkan suku bunganya di September ini. Pasar saat ini sangat tidak siap menghadapi peningkatan suku bunga AS dan pasar finansial akan terguncang apabila The Fed tetap melaksanakannya. Masalah prospek ekonomi global dan melemahnya perdagangan yang memperburuk perekonomian terus terjadi, namun Fed sepertinya tetap berniat untuk mempertahankan kecondongannya pada peningkatan suku bunga AS di tahun ini.

“Saya jadi bertanya-tanya apakah salah satu alasan yang mendasari berbagai komentar yang cenderung mendukung peningkatan suku bunga adalah karena Fed membuka tahun 2016 dengan rencana naif untuk meningkatkan suku bunga AS empat kali di tahun 2016,” ucapnya.

Lebih lanjut dia mengungkapkan, ekspektasi peningkatan suku bunga AS telah berulang kali dimundurkan di tahun ini, namun kredibilitas The Fed akan ternoda apabila bank sentral AS ini tidak berhasil melaksanakan komitmennya untuk meningkatkan suku bunga AS setidaknya satu kali di 2016 ini. (*)

Rezkiana Nisaputra

Recent Posts

Harita Nickel Raup Pendapatan Rp20,38 Triliun di Kuartal III 2024, Ini Penopangnya

Jakarta – PT Trimegah Bangun Persada Tbk (NCKL) atau Harita Nickel pada hari ini (22/11)… Read More

8 hours ago

NPI Kuartal III 2024 Surplus, Airlangga: Sinyal Stabilitas Ketahanan Eksternal Terjaga

Jakarta - Neraca Pembayaran Indonesia (NPI) pada kuartal III 2024 mencatatkan surplus sebesar USD5,9 miliar, di… Read More

8 hours ago

Peluncuran Reksa Dana Indeks ESGQ45 IDX KEHATI

Head of Institutional Banking Group PT Bank DBS Indonesia Kunardy Lie memberikan sambutan saat acara… Read More

10 hours ago

Pacu Bisnis, Bank Mandiri Bidik Transaksi di Ajang GATF 2024

Pengunjung melintas didepan layar yang ada dalam ajang gelaran Garuda Indonesia Travel Festival (GATF) 2024… Read More

10 hours ago

Eastspring Investments Gandeng DBS Indonesia Terbitkan Reksa Dana Berbasis ESG

Jakarta - PT Eastspring Investments Indonesia atau Eastspring Indonesia sebagai manajer investasi penerbit reksa dana… Read More

11 hours ago

Transaksi Kartu ATM Makin Menyusut, Masyarakat Lebih Pilih QRIS

Jakarta - Bank Indonesia (BI) mencatat perubahan tren transaksi pembayaran pada Oktober 2024. Penggunaan kartu ATM/Debit menyusut sebesar 11,4… Read More

12 hours ago