Jakarta – PT Bank Amar Indonesia Tbk (Amar Bank) terus menggenjot inklusi keuangan di Tanah Air, salah satunya dengan menyasar industri kreatif seperti industri perfilman nasional yang menunjukkan perkembangan pesat sepanjang satu tahun terakhir.
Senior Vice President MSME Amar Bank Josua Sloane mengatakan, pihaknya membawa inovasi keuangan digital lebih dekat ke ekosistem kreatif, khususnya perfilman. Ini dilakukan untuk membuka peluang lebih luas bagi pertumbuhan inklusi keuangan di sektor ekonomi kreatif.
“Langkah ini sejalan dengan upaya Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif serta Otoritas Jasa Keuangan (OJK) dalam memperkuat kontribusi sektor kreatif terhadap ekonomi digital nasional,” katanya, dikutip Jumat, 22 Agustus 2025.
Baca juga : Laba Bersih Amar Bank di Q2-2025 Tumbuh 20,67 Persen Jadi Rp117,99 Miliar
Ia menegaskan, karakter industri film yang unik menuntut perencanaan anggaran, pengelolaan keuangan dan strategi distribusi yang matang agar proses produksi berjalan lancar dan berkelanjutan.
Di mana, disiplin pengelolaan keuangan dan pembiayaan fleksibel adalah kunci keberlangsungan produksi. Sineas pun dapat membangun portofolio finansial sehat agar lebih siap bermitra dengan investor dan lembaga pembiayaan.
“Di Amar Bank, kami berupaya untuk memberikan solusi finansial yang memanfaatkan teknologi digital, dimana nantinya, sineas dapat memantau dan mengelola keuangan secara digital, dan mengakses pembiayaan fleksibel. Hal ini menciptakan ekosistem yang lebih transparan, efisien, dan terpercaya,” tambah Josua,” jelasnya.
Ia menambahkan, inisiatif ini bukan hanya bagian dari misi besar Amar Bank dalam mendukung ekonomi kreatif Indonesia, tetapi juga mencerminkan kepemimpinan Amar Bank dalam inovasi digital.
“Amar Bank menunjukkan bagaimana layanan keuangan dapat bertransformasi untuk menjawab kebutuhan sektor ini,” pungkasnya.
Baca juga : Kinerja Intermediasi Solid, Laba Amar Bank Tumbuh 38,14 Persen Jadi Rp67,50 Miliar di Q1 2025
Diketahui, sepanjang Januari–Juli 2025, tujuh dari sepuluh film terlaris di bioskop Indonesia adalah produksi lokal (Cinepoint.com), mencerminkan dominasi karya anak bangsa dan meningkatnya minat terhadap konten lokal.
Di sisi lain, sektor ekonomi kreatif menyumbang lebih dari Rp1.500 triliun terhadap PDB nasional pada 2024 dan ditargetkan meningkat hingga 8 persen dalam lima tahun (Kemenparekraf).
Pertumbuhan industri film juga terlihat dari ekspansi pasar, seperti keberhasilan Jumbo dan Agak Laen menembus internasional, serta kontribusi OTT yang memperpanjang siklus komersial film.
Indonesia pun menjadi pasar terbesar di Asia Tenggara untuk streaming anime dan VOD dengan pendapatan USD552 juta (Variety.com).
Kolaborasi lintas sektor turut menguat, tercermin dalam aktivasi IP lokal seperti film Jumbo di kereta api, memperluas jangkauan pasar dan memperkuat koneksi antar industri. (*)
Editor: Galih Pratama
Poin Penting Pertamina EP memperkuat praktik keberlanjutan dan transparansi, yang mengantarkan perusahaan meraih peringkat Bronze… Read More
Poin Penting Konsumsi rumah tangga menguat jelang akhir 2025, didorong kenaikan penjualan ritel dan IKK… Read More
Poin Penting Livin’ Fest 2025 resmi digelar di Denpasar pada 4-7 Desember 2025, menghadirkan 115… Read More
Poin Penting Rupiah berpotensi menguat didorong ekspektasi kuat pasar bahwa The Fed akan memangkas suku… Read More
Poin Penting RBC dan RKI TUGU melampaui industri, masing-masing di 360,9% dan 272,6%, menunjukkan kesehatan… Read More
Poin Penting Pembiayaan perbankan syariah diproyeksi tumbuh dua digit pada 2025–2026, masing-masing menjadi Rp709,6 triliun… Read More