Jakarta – Country Manager dan Direktur Utama Allianz Life Indonesia, Joos Louwerier, akui kondisi asuransi global dipengaruhi beberapa peristiwa, seperti perang dagang antara AS dan Cina, kenaikan harga minyak dan kenaikan suku bunga AS. Hal itu berdampak langsung pada pasar asuransi di 2018.
“Namun, kami dapat mengatasi tantangan ini dengan pertumbuhan positif dengan memberikan solusi perlindungan yang inovatif dan layanan yang sangat baik. Allianz juga berkomitmen untuk mendukung pemerintah meningkatkan penetrasi keuangan dan memberikan perlindungan kepada lebih banyak masyarakat Indonesia (to insure more people),” terang Joos Louwerier di Jakarta, Kamis, 11 Juli 2019.
Disisi lain tambahnya, premi market di Indonesia tumbuh rendah pada 2018. Ini disebabkan oleh adanya penurunan pada pertumbuhan premi asuransi jiwa.
Sebaliknya, premi Property & Casualty (P&C) tumbuh baik dan meningkat dua kali lipat dalam dua tahun terakhir. Meskipun demikian, segmen P&C menyumbang hanya seperempat dari total kumpulan premi (di luar asuransi kesehatan).
“Top line dan Net Earned Premium Allianz Utama telah tumbuh dengan sangat baik tahun ini dibandingkan dengan tahun sebelumnya. Namun, bencana alam (gempa bumi) telah menurunkan KPI kinerja keuangan 2018. Meskipun demikian, transformasi ritel digital kami berjalan dengan baik. Hal ini dapat diamati dari tingkat kepuasan nasabah kami, melalui pengukuran Net Promoter Score, yang meningkat secara signifikan. Oleh karena itu kami terus berkomitmen untuk selalu memberikan yang terbaik bagi para mitra bisnis dan nasabah,“ ujar Peter van Zyl, Presiden Direktur Allianz Utama Indonesia.
Untuk tahun ini, Allianz Research mengharapkan pertumbuhan yang lebih tinggi, dengan pertumbuhan premi sekitar 9% secara keseluruhan.
Pasar asuransi Indonesia masih
memiliki banyak ruang untuk mengejar ketinggalan. Premi per kapita mencapai EUR 50 pada tahun 2018 (setara dengan India) sementara penetrasi hanya 1,5%, (untuk perbandingan, penetrasi sudah mencapai 3,7% di Tiongkok).
Allianz Research berharap pasar asuransi akan terus pulih, dengan perkiraan pertumbuhan premi global yang akan mencapai sekitar 5% dalam dekade mendatang. Ekspektasi pertumbuhan untuk Asia (tidak termasuk Jepang) lebih tinggi – kawasan ini dapat tumbuh sebesar 9,4% per tahun selama dekade mendatang; di Indonesia, pertumbuhan pasar diprediksi sebesar 12,5% (13,0 untuk asuransi jiwa dan 10,7 untuk P&C). Secara keseluruhan, sekitar 60% dari premi tambahan akan dihasilkan di Asia (tidak termasuk Jepang). (*)
Jakarta - Mahkamah Pidana Internasional (International Criminal Court/ICC) resmi mengeluarkan surat perintah penangkapan terhadap Perdana Menteri Israel, Benjamin… Read More
Jakarta - PT Mandiri Sekuritas memproyeksikan pertumbuhan Produk Domestik Bruto (PDB) yang stabil pada kisaran… Read More
Jakarta – PT Trimegah Bangun Persada Tbk (NCKL) atau Harita Nickel pada hari ini (22/11)… Read More
Jakarta - Neraca Pembayaran Indonesia (NPI) pada kuartal III 2024 mencatatkan surplus sebesar USD5,9 miliar, di… Read More
Jakarta - Kapolda Sumbar Irjen. Pol. Suharyono menjelaskan kronologis polisi tembak polisi yang melibatkan bawahannya,… Read More
Jakarta – Wakil Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM), Yuliot Tanjung mendukung langkah PLN… Read More