Jelang Lebaran, Bank OCBC NISP Siapkan Uang Tunai Rp2 Triliun
Jakarta – Perubahan preferensi masyarakat, terutama sejak pandemi, menuntut perbankan harus mampu melayani tidak hanya secara konvensional, tetapi juga secara digital. Shifting market dan perubahan preferensi nasabah menuntut semua bank, termasuk OCBC NISP untuk step up. Karena, banyak hal harus berubah untuk tetap relevan dan memenuhi harapan nasabah.
Oleh karena itu, bank pun mulai meningkatkan layanan menjadi serba digital, mulai dari perspekstif banknya, produknya, channel accessnya, pelayanannya, operatingnya, sehingga end-to-end bank juga harus siap secara digital.
Selama dua tahun terakhir, OCBC NISP fokus dalam mengembangkan teknologi digital perbankan, salah satunya teknologi open source. OCBC NISP memilih untuk menggunakan teknologi open source, karena teknologi ini merupakan collaborative solution yang tidak hanya dilakukan satu orang, namun kolaborasi oleh ratusan sampai ribuan orang yang expert di wilayah dan masalah sama.
“Kemudian jelas, cost efficiency karena proprietary itu initial investment-nya lebih besar, tapi combining itu bisa jadi big advantage bagi any industry. Bagaimana initial investment-nya bisa ditekan tapi adopsinya bisa diakselerasi, kemudian time-to-market lebih cepat, kemudian maintain ability, karena itu community-based kami bisa belajar dan lebih cepat juga,” ujar Komang Artha Yasa, Information Technology Division Head Bank OCBC NISP dikutip 27 Maret 2023.
Namun demikian, untuk mengadopsi teknologi open source, butuh dukungan dari big tech company, seperti Red Hat. OCBC NISP mengadopsi beberapa teknologi open source seperti Red Hat Openshift dan Ansible Automation. Keduanya ini memberikan keleluasaan dalam development pipeline OCBC NISP.
“Dengan kombinasi kedua tools ini kami bisa hasillkan continuous improvement dan continuous delivery dengan lebih cepat, time-to-market lebih cepat. We can do it any time meskipun ada timeframe yang kami atur biar lebih predictable, kemudian hasilnya juga lebih predictable karena bisa dilakukan secara standardized, kemudian system driven, bukan human intervention sehingga lebih less error prone,” jelas Komang.
Menurut Komang, kedua solusi open source ini memberi manfaat terhadap bank, pertama time to market lebih cepat karena deployment-nya sudah distandarisasi dan dilakukan secara otomatis. Kedua, scalability system jika terjadi peak transaction, mampu otomatis autoscaling.
“Jadi kami bisa scale up dan scale down sesuai kebutuhan. Ketiga, dari efisiensi, personel kami tidak mengerjakan sesuatu yang repetitive, mereka bisa fokus ke meaningful tasks. Maka, efisiensi alokasi personel kami jadi lebih bagus. Kemudian terakhir, jelas efisiensi cost. Dengan menggunakan ini kami bisa mengurangi biaya proses yang lumayan banyak,” pungkasnya.
OCBC NISP menginisiasi digitalisasi lumayan lama dan hasilnya seperti yang ada sekarang. On boarding-nya sudah digital, tidak perlu lagi tatap muka. Dulu mungkin butuh hitungan jam hitungan hari, sekarang hitungan menit. Sebenarnya on boarding sudah. Kemudian untuk transaksi semua sudah ada di sana. Even dari kami ada beberapa fitur yang memang harusnya itu dulu butuh waktu lama, seperti loan on-boarding, sekarang bisa lebih cepat,” tutupnya. (*) Ayu Utami
Poin Penting Hashim Djojohadikusumo meraih penghargaan “Inspirational Figure in Environmental and Social Sustainability” berkat perannya… Read More
Poin Penting Mirae Asset merekomendasikan BBCA dan BMRI untuk 2026 karena kualitas aset, EPS yang… Read More
Poin Penting Indonesia menegaskan komitmen memimpin upaya global melawan perubahan iklim, seiring semakin destruktifnya dampak… Read More
Poin Penting OJK menerbitkan POJK 29/2025 untuk menyederhanakan perizinan pergadaian kabupaten/kota, meningkatkan kemudahan berusaha, dan… Read More
Poin Penting Sebanyak 40 perusahaan dan 10 tokoh menerima penghargaan Investing on Climate 2025 atas… Read More
Poin Penting IHSG ditutup melemah 0,09% ke level 8.632 pada 5 Desember 2025, meski beberapa… Read More