Perbankan

Akselerasi Digital, BPD Perlu Bentuk Holding

Jakarta – Meskipun dihantam pandemi, kinerja BPD masih positif dan stabil. Hal ini tak terlepas dari peran penting kalangan aparatur sipil negara (ASN) di setiap pemprov. Pemda masih mewajibkan pembayaran gaji aparatur sipil negara melalui BPD. Kalangan ASN juga mengajukan penarikan kredit konsumtif kepada BPD. ASN juga turut berkontribusi pada dana pihak ketiga atau DPK BPD.

Namun demikian, kondisi sepertinya dapat berubah drastis ke depan. Pemerintah baru-baru ini, mengeluarkan kebijakan pembatasan penerimaan ASN baru, yang akan berdampak pada kinerja BPD kelak. Di sisi lain, BPD mengalami tekanan cukup dahsyat dari kompetisi di industri. Adanya pelaku financial technology atau fintech, telah membuat pangsa pasar BPD terambil sebagian. Belum lagi himpitan dari bank-bank besar yang sudah mumpuni dari sisi infrastruktur dan jaringan bisnis, akan semakin “membatasi” ruang gerak BPD.

BPD kemudian dituntut untuk melakukan transformasi agar tidak kalah bersaing dengan kompetitor-kompetitor besar lainnya. Transformasi ini diprediksi akan semakin mudah dilakukan melalui holdingisasi BPD. Dengan holdingisasi BPD, kapitalisasi modal atau capital expenditure (capex) akan semakin besar, dan lebih leluasa digunakan untuk pertumbuhan industri bank pembangunan daerah di seluruh Indonesia.

Rencana holdingisasi BPD ini mengacu pada POJK 12 tahun 2020 dan POJK 12 tahun 2021, yang memberikan peluang bagi para BPD untuk membentuk kelompok usaha bank (KUB). PT Bank Pembangunan Daerah Jawa Barat dan Banten (bank bjb) sebagai BPD terbesar, menyatakan siap menjadi inisiator dari holdingisasi ini.

Menurutnya, dengan transformasi pada bidang teknologi, semuanya akan menjadi mudah untuk dilakukan. Inovasi-inovasi yang berkesinambungan untuk dapat up to date dengan kebutuhan masyarakat akan menjadi fondasi pertumbuhan KUB BPD dalam berekspansi dan berkompetisi di industri perbankan Tanah Air. Holdingisasi BPD ini juga mendapatkan banyak dukungan dari banyak pihak.

“Salah satu cara agar tidak tergerus adalah berkolaborasi dengan BPD-BDP yang lain, supaya nanti ketika dia mengadopsi teknologi baru dalam manajemennya, hal itu bisa memenuhi skala ekonomi BPD tersebut. Hal itu memungkinkan salah satunya dengan holdingisasi,” ujar Wakil Direktur Indef Eko Listiyanto belum lama ini di Jakarta.

Kolaborasi yang terjalin akan semakin memperluas market BPD itu sendiri. Diharapkan BPD dapat saling bekerja sama untuk menggarap segmen-segmen tertentu, agar ekonomi yang inklusif dapat terwujud. Untuk lebih detailnya, Arya Damar selaku Direktur Utama Lintasarta akan memberikan sharing lebih lanjut terkait hal tersebut pada acara Infobank Top BUMD 2022 yang akan digelar Infobank Media Group, tanggal 19 Mei 2022 mendatang di Alila Solo. (*) Steven Widjaja

Rezkiana Nisaputra

Recent Posts

Banyak Fitur dan Program Khusus, BYOND by BSI Raih Respons Positif Pasar

Jakarta – Super App terbaru dari PT Bank Syariah Indonesia Tbk (BSI), yaitu BYOND by… Read More

2 hours ago

Pekan Kedua November, Aliran Modal Asing Keluar Indonesia Sentuh Rp7,42 Triliun

Jakarta – Bank Indonesia (BI) melaporkan aliran modal asing keluar (capital outflow) dari Indonesia pada pekan kedua… Read More

4 hours ago

IHSG Sepekan Turun 1,73 Persen, Kapitalisasi Pasar Bursa jadi Rp12.063

Jakarta - PT Bursa Efek Indonesia (BEI) melaporkan bahwa data perdagangan saham pada pekan 11… Read More

5 hours ago

Top! Baru Setahun, Allianz Syariah Sudah jadi Market Leader

Jakarta – Kinerja PT Asuransi Allianz Life Syariah Indonesia atau Allianz Syariah tetap moncer di… Read More

9 hours ago

BPR Syariah BDS Serahkan Cash Waqf Linked Deposit Rp111 Juta ke Warga Yogyakarta

Jakarta - PT BPR Syariah BDS berkomitmen untuk memberikan pelbagai dampak positif bagi nasabahnya di Yogyakarta dan… Read More

21 hours ago

Antusiasme Mahasiswa Udayana Sambut Gelaran Literasi Keuangan Infobank

Denpasar--Infobank Digital kembali menggelar kegiatan literasi keuangan. Infobank Financial & Digital Literacy Road Show 2024… Read More

1 day ago