Moneter dan Fiskal

Akhir Tahun Defisit Transaksi Berjalan Diprediksi Menyempit 2,7% PDB

Jakarta – Defisit transaksi berjalan atau current account deficit (CAD) akan membaik pada akhir tahun 2018. Defisit transaksi berjalan diperkirakan menyempit menjadi 2,7 persen dari PDB pada kuartal IV 2018, atau menurun dibandingkan dengan kuartal III 2018 yang mencapai 3,37 persen dari PDB.

Demikian pernyataan tersebut seperti disampaikan oleh Head of Economic & Research PT Bank UOB Indonesia Enrico Tanuwidjaja dalam risetnya di Jakarta, Selasa, 13 November 2018. Menurutnya, defisit transaksi berjalan akan terus mengalami penurunan ke depannya, bahkan di 2019 sekali pun.

“Ini ada beberapa efek musiman ke depan. Makanya kami memperkirakan defisit transaksi berjalan menyempit menjadi 2,7 persen dari PDB pada kuartal IV 2018 dan akan terus menyempit menjadi 2,5 persen dari PDB pada 2019,” ujarnya.

Proyeksi defisit transaksi berjalan yang menurun menjadi 2,7 persen dari PDB di kuartal IV 2018 tersebut juga sejalan dengan perkiraan Bank Indonesia (BI) yang menyebutkan, bahwa hingga akhir tahun ini defisit transaksi berjalan akan berada di bawah 3 persen dari PDB.

Gubernur BI, Perry Warjiyo sempat mengatakan, penurunan defisit transaksi berjalan itu terutama disebabkan oleh berbagai upaya stabilisasi moneter yang dijalankan BI serta berbagai kebijakan yang dijalankan oleh pemerintah, seperti penerapan B20 dan kebijakan PPh komoditas impor.

“Kami masih melihat untuk keseluruhan tahun 2018 kami masih memperkirakan defisit current account masih di bawah 3 persen dari PDB,” jelasnya.

Sementara defisit transaksi berjalan pada kuartal III 2018 yang melebar menjadi US$8,8 miliar atau 3,37 persen dari PDB ini sejalan dengan menguatnya permintaan domestik. Peningkatan defisit transaksi berjalan juga dipengaruhi oleh penurunan kinerja neraca perdagangan barang dan meningkatnya defisit neraca jasa.

Penurunan kinerja neraca perdagangan barang terutama dipengaruhi oleh meningkatnya defisit neraca perdagangan migas. Sementara peningkatan surplus neraca perdagangan barang nonmigas relatif terbatas akibat tingginya impor karena kuatnya permintaan domestik. (*)

Rezkiana Nisaputra

Recent Posts

Per September 2024, Home Credit Membantu Distribusi Produk Asuransi ke 13 Juta Nasabah

Jakarta - Perusahaan pembiayaan PT Home Credit Indonesia (Home Credit) terus berupaya meningkatkan inklusi keuangan… Read More

5 hours ago

Berkat Hilirisasi Nikel, Ekonomi Desa Sekitar Pulau Obin Tumbuh 2 Kali Lipat

Jakarta - Hilirisasi nikel di Pulau Obi, Maluku Utara membuat ekonomi desa sekitar tumbuh dua… Read More

6 hours ago

Menkop Budi Arie Dukung Inkud Pererat Kerja Sama dengan Cina-Malaysia di Pertanian

Jakarta - Menteri Koperasi (Menkop) Budi Arie Setiadi mendukung langkah Induk Koperasi Unit Desa (Inkud)… Read More

6 hours ago

Ajak Nasabah Sehat Sambil Cuan, BCA Gelar Runvestasi

Jakarta - PT Bank Central Asia Tbk (BCA) untuk pertama kalinya menggelar kompetisi Runvestasi pada… Read More

7 hours ago

IHSG Ambles hingga Tembus Level 7.200, Ini Tanggapan BEI

Jakarta - PT Bursa Efek Indonesia (BEI) memberi tanggapan terkait penutupan Indeks Harga Saham Gabungan… Read More

7 hours ago

BEI Gelar CMSE 2024, Perluas Edukasi Pasar Modal ke Masyarakat

Jakarta - PT Bursa Efek Indonesia (BEI) bersama Self-Regulatory Organization (SRO), dengan dukungan dari Otoritas… Read More

8 hours ago