Jakarta – Bank Pembangunan Daerah Nusa Tenggara Timur (Bank NTT) menyatakan ingin tetap menjadi bank pembangunan daerah (BPD). Karena itu, terkait aturan permodalan minimum Rp3 triliun yang harus dipenuhi BPD akhir 2024 ini, Bank NTT berniat menyelesaikannya dengan membangun kemitraan bersama Bank Jatim melalui skema kelompok usaha bank (KUB). Bank NTT sendiri, per September 2024 bermodal inti Rp2,37 triliun.
“Kita ingin Bank NTT tetap menjadi BPD yang terpercaya. Kemitraan yang dibangun bersama Bank Jatim adalah solusi yang baik, sehingga saya mengharapkan proses KUB bersama Bank Jatim ini agar dapat terlaksana dengan didukung oleh kepala daerah dan ketua DPRD/ketua sementara DPRD Kabupaten/Kota se-NTT,” kata Andriko Noto Susanto, Pejabat Gubernur NTT, melalu keterangan resminya, dikutip Selasa, 5 November 2024.
Sebagai catatan, sebagaimana tertuang dalam Peraturan Otoritas Jasa Keuangan (OJK) Nomor 12/POJK.03/2020 tentang Konsolidasi Bank Umum, jika bank umum — termasuk BPD, tidak bisa memenuhi ketentuan modal Rp3 triliun pada waktu yang telah ditetapkan, maka ada beberapa opsi yang bisa dipilih bank bersangkutan.
Satu, melakukan merger atas perintah OJK. Dua, turun kelas menjadi BPR. Tiga, melakukan likuidasi sukarela atau penutupan dan pembubaran perusahaan yang dilakukan sendiri dan telah disetujui oleh pemegang saham.
Baca juga: On The Track, Bank Banten Cetak Laba Rp7,47 Miliar di Triwulan III 2024
Tapi, OJK juga memberi solusi bagi bank-bank untuk bisa “selamat” dari ketentuan modal Rp3 triliun itu tanpa adanya penambahan modal. Solusi itu ialah dengan menjadi anggota KUB. Melalui KUB, bank tidak perlu memenuhi modal inti Rp3 triliun, tapi cukup Rp1 triliun. Hal ini karena induk KUB wajib memenuhi kebutuhan perusahaan.
KUB sendiri adalah kelompok bank yang berada dalam satu kelompok karena keterkaitan kepemilikan dan atau pengendalian. Bank anggota KUB dapat memanfaatkan produk dan layanan bank induk, termasuk infrastrukturnya.
Adapun kinerja Bank NTT hingga September 2024 (triwulan III 2024) terbilang positif. Mengutip laporan keuangan publikasi Bank NTT per September 2024, bank yang dipimpin Yohanis Landu Praing sebagai Plt. direktur utama ini berhasil mencatatkan pertumbuhan laba bersih yang signifikan pada akhir September 2024.
Laba bersih Bank NTT tumbuh 53,20 persen secara year on year (yoy), dari Rp87,66 miliar pada September 2023 menjadi Rp134,30 miliar pada September 2024. Kinerja positif ini sebagian besar didorong oleh peningkatan pendapatan bunga bersih dan efisiensi operasional yang lebih baik.
Pendapatan bunga bersih Bank NTT pada periode ini Rp800,25 miliar, naik 4,69 persen yoy. Kenaikan itu dipicu oleh peningkatan pendapatan bunga sebesar 5,48 persen menjadi Rp1,18 triliun, meskipun beban bunga juga meningkat sebesar 7,19 persen menjadi Rp378,17 miliar. Meski demikian, net interest margin (NIM) bank turun dari 6,92 persen menjadi 6,39 persen, mencerminkan penurunan margin bunga bersih terhadap aset produktif.
Lebih jauh, Bank NTT juga berhasil menekan beban operasional lainnya, yang turun 4,17 persen menjadi Rp633,01 miliar. Efisiensi ini turut membantu menurunkan rasio beban operasional terhadap pendapatan operasional (BOPO) dari 88,70 persen menjadi 87,55 persen. Semakin rendahnya BOPO menunjukkan bahwa Bank NTT makin efisien dalam menjalankan aktivitas operasionalnya. Dengan efisiensi ini, bank mampu memaksimalkan laba.
Di sisi lain, total aset Bank NTT per September 2024 tercatat Rp17,44 triliun, tumbuh tipis 0,03 persen yoy. Penghimpunan dana pihak ketiga (DPK) meningkat 0,69 persen menjadi Rp13,77 triliun. Pertumbuhan terbesar terjadi pada giro, yang naik 29,09 persen, diikuti tabungan 2,40 persen. Adapun, deposito turun 16,32 persen. Dengan komposisi DPK itu, rasio dana murah (CASA) Bank NTT semakin ciamik, meningkat dari 52,56 persen di September 2023 menjadi 60,58 persen.
Dari sisi penyaluran kredit, Bank NTT mencatatkan pertumbuhan kredit 2,45 persen, dengan total kredit Rp12,78 triliun. Rasio kredit bermasalah (non performing loan/NPL) gross tetap stabil di level 3,39 persen, sementara NPL net turun dari 1,94 persen menjadi 1,43 persen, mencerminkan kualitas kredit yang lebih baik.
Baca juga: Bank Papua Hasilkan Laba Rp478,34 Miliar di September 2024, Tumbuh 13,90 Persen
Bank NTT juga memiliki kecukupan modal yang baik, dengan modal inti meningkat 7,89 persen menjadi Rp2,37 triliun dan capital adequacy ratio (CAR) yang naik dari 23,51 persen menjadi 25,29 persen. Rasio kecukupan modal ini berada jauh di atas ketentuan regulator, memberikan landasan yang kuat bagi pertumbuhan bisnis di masa depan.
Dari sisi profitabilitas, return on assets (ROA) Bank NTT meningkat dari 0,94 persen menjadi 1,32 persen, sementara return on equity (ROE) naik dari 5,29 persen menjadi 7,63 persen, menandakan peningkatan efektivitas dalam memanfaatkan aset dan ekuitas untuk menghasilkan laba.
Bank NTT juga berada dalam batas likuiditas yang sehat, dengan loan to deposit Ratio (LDR) naik dari 91,23 persen menjadi 92,83 persen. LDR yang berada di rentang 78-92 persen ini menunjukkan bahwa bank ini memiliki likuiditas yang cukup untuk memenuhi kebutuhan kredit tanpa mengorbankan stabilitas keuangan. (*) Ari Nugroho
Jakarta - PT Kereta Cepat Indonesia China (KCIC) resmi membuka penjualan tiket kereta cepat Whoosh… Read More
Jakarta - PT Bank Syariah Indonesia Tbk (BSI) terus berkomitmen mendukung pengembangan sektor pariwisata berkelanjutan… Read More
Tangerang - Asosiasi Pengusaha Ritel Indonesia (Aprindo) bekerja sama dengan Kementerian Perdagangan (Kemendag) meluncurkan program… Read More
Jakarta - PT Bursa Efek Indonesia (BEI) mencatat bahwa data perdagangan saham selama periode 16-20… Read More
Jakarta – Bank Indonesia (BI) mencatat di minggu ketiga Desember 2024, aliran modal asing keluar… Read More
Jakarta - PT Asuransi BRI Life meyakini bisnis asuransi jiwa akan tetap tumbuh positif pada… Read More