Ketua Dewan Pengawas Ikatan Bankir Indonesia (IBI), Agus Dermawan Wintarto Martowardojo, saat memberikan sambutan dalam acara Top 100 CEO and The Future Leaders Forum 2025, di Hotel Shangri-La Jakarta, Senin, 8 Desember 2025. (Foto. M. Zulfikar)
Poin Penting
Jakarta – Senior Bankir sekaligus Dewan Pakar Infobank, Agus D.W. Martowardojo, mewanti-wanti kepada para pemimpin industri keuangan menjelang 2026. Tahun depan bukan sekadar penuh tantangan, tetap juga dipenuhi risiko global yang dapat menjalar cepat ke perekenomian nasional.
“Kita di tahun 2025 juga banyak tantangan. Untuk itu (ke depannya) kita tetap harus positif, kita berusaha yang terbaik, tapi kita mesti paham risiko-risiko yang ada,” ujar Agus dalam acara 100 CEO & The Next Future Leaders 2025 di Jakarta, Senin (8/12).
Baca juga: Mantan Gubernur BI Wanti-Wanti Risiko Fiskal, Pelaku Keuangan Diminta Waspada
Agus menyoroti potensi tekanan dari kebijakan tarif Amerika Serikat (AS). Apabila terus berlanjut dapat mengguncang banyak negara, termasuk Indonesia. Menurutnya, kebijakan tarif yang agresif akan menciptakan efek domino ke berbagai sektor perdagangan dan investasi global.
Di saat yang sama, ketegangan geopolitik yang merebak di Rusia, Gaza, hingga perselisihan antar negara di Asia Tenggara masih menjadi sumber ketidakpastian.
“Begitu banyak pertentangan. Ini risiko,” kata Agus.
Perlambatan ekonomi dunia juga dipandang sebagai ancaman nyata bagi Indonesia. Agus menjelaskan bahwa ketika permintaan global turun, ekspor, dan daya dorong ekonomi domestik akan ikut tertekan.
“Kalau pertumbuhan ekonomi dunia melemah, itu juga akan berdampak kepada Indonesia, permintaan-permintaan dunia ke Indonesia juga nanti akan menurun,” ujarnya.
Ia menambahkan bahwa era multilateral kini makin ditinggalkan, sementara negara-negara lebih senang mengedepankan pendekatan bilateral, kondisi yang membuat koordinasi global semakin sulit.
Risiko berikutnya muncul dari tingginya utang publik negara-negara maju, yang dipadukan dengan suku bunga global yang masih tinggi. Kombinasi ini, menurut Agus, dapat memicu tekanan langsung terhadap Indonesia, terutama karena sebagian besar utang nasional masih berbasis valuta asing.
“Kalau tingkat bunganya tinggi tentu kita harus bayar lebih besar karena hutang kita banyak dalam falas,” jelasnya.
Agus juga mengingatkan bahwa stabilitas sistem keuangan global tak lagi sekuat dulu. Banyak lembaga keuangan nonbank terlibat dalam penjualan derivatif berbasis surat utang negara berkembang maupun maju, yang menambah kerentanan pasar keuangan internasional.
Ia menekankan bahwa dinamika semacam ini harus diwaspadai karena dapat menimbulkan dampak sistemik bagi Indonesia. Di sisi lain, maraknya perdagangan cryptocurrency dan aset digital, termasuk judi online, semakin memperbesar risiko baru yang belum memiliki fondasi regulasi kuat.
“Kripto belum ada perlindungan konsumen dan standar perlindungan dari cyber risk. Jadi kita perlu waspadai,” tegasnya.
Baca juga: Infobank Digital Bareng Tugu Insurance Gelar Literasi Keuangan di FEB Unpad
Namun di tengah gelombang ketidakpastian global itu, Agus menyatakan bahwa tantangan terbesar Indonesia justru berada di dalam negeri, terutama pada sektor fiskal. Beban pembayaran bunga utang yang meningkat, volatilitas nilai tukar, dan ruang fiskal yang semakin sempit menuntut kewaspadaan ekstra dari para CEO.
“Tantangan yang saya ingin sampaikan pada kesempatan ini adalah yang utama adalah tantangan di sektor fiskal,” katanya.
Meski begitu, Agus kembali menekankan pentingnya menjaga optimisme. Menurutnya, Indonesia tetap memiliki peluang untuk memperkuat fundamental ekonomi asalkan para pemimpin industri mampu membaca risiko dengan benar dan mempersiapkan strategi menghadapi kemungkinan terburuk.
“Ingat, kita tetap positif dan kita akan terus berjuang untuk Indonesia yang semakin baik,” pungkasnya (*) Alfi Salima Puteri
Poin Penting IHSG menguat 0,90% ke level 8.710 dan sempat mencetak All Time High (ATH)… Read More
Poin Penting Eks Dirut PT KAI, Ignasius Jonan menilai pemimpin sukses butuh talenta, pendidikan, dan… Read More
Poin Penting Bank Mandiri Region VI Jawa Barat mencatat pertumbuhan kredit 14,7% (yoy) hingga September… Read More
Poin Penting LPS membuka peluang implementasi Program Penjaminan Polis lebih cepat dari rencana awal 2028… Read More
Poin Penting Mantan Gubernur Bank Indonesia (BI) Agus Martowardojo menekankan peran CEO sektor keuangan untuk… Read More
Poin Penting Mantan Menteri ESDM Ignasius Jonan menegaskan isu lingkungan, ESG, dan green finance bukan… Read More