Keuangan

AFPI Ungkap Tantangan Gaet Peminjam Baru di Pindar

Jakarta – Asosiasi Fintech Pendanaan Indonesia (AFPI) menyatakan bahwa sebanyak 80 persen portofolio pinjaman daring (pindar) atau fintech peer to peer (P2P) lending merupakan peminjam berulang (repeated borrower).

Hal itu diungkapkan oleh Ketua Umum AFPI, Entjik S. Djafar, dalam Seminar Nasional bertajuk “Dampak Sosial-Ekonomi dan Keberlanjutan Industri Fintech P2P Lending di Indonesia” yang diselenggarakan oleh Center Of Reform On Economics (CORE) Indonesia, di Jakarta, Jumat, 13 Juni 2025.

“Kita memang terus terang saja dari semua portfolio yang ada di pindar anggota AFPI 80 persen sebenarnya repeated borrower. Jadi repeated borrower ini sudah punya experience, mereka happy, dan seterusnya,” ujar Entjik.

Baca juga: Total Penyaluran Pinjaman ke Pindar Capai Rp80,07 Triliun, Didominasi dari Perbankan

Lebih lanjut, Entjik menjelaskan bahwa di industri pindar saat ini terdapat tiga klaster, antara lain klaster multiguna, produktif, dan syariah.

Pada klaster multiguna terdapat 60 persen pinjaman yang digunakan juga untuk usaha.

“Jadi sebenarnya cuma belum kita deteksi, ini yang masalah. Setelah dilakukan research baru kelihatan di situ bahwa banyak yang menggunakan untuk usaha,” imbuhnya.

Menurutnya, hal tersebut yang memicu besarnya jarak presentase antara peminjam berulang dan peminjam baru (new borrower).

Peminjam Baru Jadi Tantangan Industri Pindar

Di sisi lain, peminjam baru menjadi tantangan tersendiri bagi industri pindar karena memakan biaya yang lebih tinggi dibandingkan peminjam berulang.

“Tetapi, kita juga nggak bisa mengesampingkan bahwa kita nggak masuk ke situ. Tetap kita masuk, tetapi dengan cost yang tinggi, risiko yang tinggi tentunya. Tetapi menurut saya, pendapat saya pribadi adalah nggak apa-apa ini akan menjadi proses seleksi alam,” ujar Entjik.

Baca juga: OJK Tekankan Pelindungan Konsumen Pindar Lewat Hal Ini

Meski demikian, Entjik menuturkan beberapa peminjam baru tersebut harus merasakan atau pun menikmati pengalaman di industri pindar terlebih dahulu, sehingga lambat laun akan terbiasa dan diharapkan dapat menjadi peminjam berulang. (*)

Editor: Yulian Saputra

Khoirifa Argisa Putri

Recent Posts

Hashim Djojohadikusumo Raih Penghargaan ‘Inspirational Figure in Environmental and Social Sustainability’

Poin Penting Hashim Djojohadikusumo meraih penghargaan “Inspirational Figure in Environmental and Social Sustainability” berkat perannya… Read More

3 hours ago

Dua Saham Bank Ini Patut Dilirik Investor pada 2026

Poin Penting Mirae Asset merekomendasikan BBCA dan BMRI untuk 2026 karena kualitas aset, EPS yang… Read More

3 hours ago

Hashim Soroti Pentingnya Edukasi Publik Terkait Perubahan Iklim

Poin Penting Indonesia menegaskan komitmen memimpin upaya global melawan perubahan iklim, seiring semakin destruktifnya dampak… Read More

4 hours ago

OJK Sederhanakan Aturan Pergadaian, Ini Poin-poinnya

Poin Penting OJK menerbitkan POJK 29/2025 untuk menyederhanakan perizinan pergadaian kabupaten/kota, meningkatkan kemudahan berusaha, dan… Read More

5 hours ago

40 Perusahaan & 10 Tokoh Raih Penghargaan Investing on Climate Editors’ Choice Award 2025

Poin Penting Sebanyak 40 perusahaan dan 10 tokoh menerima penghargaan Investing on Climate 2025 atas… Read More

6 hours ago

Jelang Akhir Pekan, IHSG Berbalik Ditutup Melemah 0,09 Persen ke Level 8.632

Poin Penting IHSG ditutup melemah 0,09% ke level 8.632 pada 5 Desember 2025, meski beberapa… Read More

6 hours ago