Ekonomi dan Bisnis

AESLER Siapkan Hunian Adaptif Covid untuk Milenial

Jakarta – Pandemi Covid-19 yang sudah berlangsung 8 bulan lebih, membuat masyarakat lebih banyak menghabiskan waktu di rumah. Tak terkecuali golongan milenial yang mungkin saat ini tengah “senang-senangnya” bekerja – dan sedang memantapkan karir. Pengalaman berbulan-bulan bekerja dan melakukan berbagai aktivitas dari rumah, ternyata membuat mereka semakin menyadari pentingnya memiliki hunian sendiri.

Mengutip hasil survei Rumah.com Consumer Sentiment Study H2 2020 yang dilakukan terhadap 1.007 responden sepanjang Januari-Juni 2020 lalu, hasrat untuk memiliki hunian sendiri pasca pandemik Covid-19 ini paling banyak diungkapkan oleh responden dari kalangan muda usia 22-29 tahun, yakni sebanyak 44%.

Keinginan yang sama juga dilontarkan 36% responden dari golongan usia 30-39 tahun, dan 27% dari kelompok usia 40-49 tahun. Sementara sisanya (16%) dilontarkan oleh responden dengan usia 50-59 tahun.

Bagi pelaku bisnis arsitektur, angka-angka di atas menggambarkan adanya dua PR (pekerjaan rumah) besar terkait dengan pasar masa depan. Pertama, bagaimana menjawab keinginan dan kebutuhan segmen milenial yang aktif dan dinamis. Dan kedua, secara bersamaan juga harus mampu menjawab tuntutan adaptif terhadap efek pandemic covid-19 yang diperkirakan akan terus menetap.

Arsitek Rubi Roesli memahami bahwa masalah covid-19 adalah tantangan terbesar bagi dunia arsitektur karena sifat bisnis mereka yang sangat fisikal. Menurutnya, apapun inovasi arsitektur yang dilakukan saat ini (termasuk untuk memenuhi hasrat kemilenialan), kuncinya adalah perhatian terhadap problem kesehatan.

“Jadi segala macam bentuk desain harus dibawa ke sana,” ujar founder “Biroe Architecture & Interior” tersebut.
Rubi mengamati, ada kecenderungan perubahan gaya hidup baru di kalangan masyarakat sebagai respon atas kondisi pandemik ini. Ia melihat, orang-orang menjadi lebih peduli terhadap faktor kesehatan yang diperlihatkan melalui pilihan makanan sehat dan gaya hidup sehat seperti meningkatnya aktivitas berolahraga.

“Bayangkan, sekarang banyak yang tiba-tiba bercocok tanam sayuran di rumah. Selain merupakan tren lifestyle untuk mendapatkan makanan dari sumber yang lebih dekat dan segar, hal itu mungkin juga dilatari kekhawatiran terhadap masalah distribusi pangan,” tambahnya.

Perubahan lain yang ia lihat adalah meningkatnya kecenderungan orang untuk berbelanja online guna meminimalisir interaksi dengan orang lain karena kekhawatiran terhadap penularan kuman. Selain itu jangan lupa, ada “budaya baru” di kalangan karyawan yang dipaksa bekerja di rumah (wfh – work from home) selama berbulan-bulan terakhir.

Ruby menangkap, kebutuhan yang terlihat jelas di kalangan konsumen properti terkait kondisi pandemik saat ini adalah space untuk berolahraga dan melakukan hobinya di rumah (walau ukurannya minimalis) serta ruangan yang bisa mengakomodasi kebutuhan bekerja di rumah.

“Saya kira, kecenderungan-kecenderungan seperti ini harus direspon para arsitek. Di saat orang butuh ruang jarak jauh, bisa meeting online dan bicara nyaman di zoom tanpa terganggu suara anak-anak, sementara di sisi lain anak-anak juga butuh ruang untuk belajar online. Dan nggak bisa dipungkiri, orang yang bekerja di rumah juga butuh ‘me time space,” ujarnya.

Namun Rubi percaya, dunia arsitek serta developer properti akan semakin kreatif mencari solusi atas berbagai masalah tersebut.

Adanya consumer insights di atas dibenarkan oleh Presiden Direktur PT. Aesler Grup International (AESLER), Jang Rony Yuwono. Dalam konferensi pers pasca IPO April lalu, ia mengakui ada cukup banyak permintaan penyesuaian desain arsitektur dengan banyaknya penerapan wfh sejak masa pandemik Covid-19.

Bagi AESLER, kata Jang Rony, merebaknya virus corona adalah tantangan tersendiri untuk menghadirkan desain arsitektur ruang yang lebih kreatif dan mengintegrasikan pola hidup baru. Untuk menghadapi berbagai kejadian tidak terduga seperti pandemic corona ini, AESLER sudah menyiapkan desain hunian dengan konsep yang mereka sebut “FUTURE PROOFING HOMES”.

Konsep Future Proofing Homes, papar Jang Rony, adalah sebuah konsep dalam mendesain sebuah bangunan terutama hunian dengan mindset “antisipasi” terhadap kejadian tidak terduga di masa depan. Desain itu harus mampu meminimalisasi shock effect dan physical stresses yang terjadi akibat kejadian tidak terduga tersebut.

“Konsep ini berbeda dengan yang selama ini diusung oleh beberapa arsitek lainnya, yang notabene kebanyakan memberikan solusi sebatas ruang-ruang dengan social distancing ataupun pencegahan melalui penggunaan sekat ruang,” jelasnya.

Lebih dari sekadar kejadian insidental, Jang Rony memahami bahwa kejadian seperti Covid bisa saja terjadi rutin bahkan menjadi siklus tahunan dalam bentuk berbeda. Karena itu, “Ketika mendesain sebuah hunian berskala besar, seorang arsitek juga harus memikirkan berbagai kemungkinan krisis seperti food scarce atau economy breakdown, political war, dll yang akan mempengaruhi pola hidup dan produk hunian,” ujarnya.

Menurut Jang Rony, konsep desain bertema “antipasi” ini, juga memberikan kepastian investasi bagi calon investor maupun end user hunian untuk menjaga “value” property tersebut hingga di masa depan. Ia yakin, produk properti yang didesain dengan konsep ini mampu menjadi “resilient” atau “tahan banting” terhadap risiko akibat kejadian tidak terduga di masa depan. (*)

Dwitya Putra

Recent Posts

BRI Tegaskan Tak Ada Serangan Ransomware, Sistem Perbankan Normal dan Data Nasabah Terjaga

Jakarta - PT Bank Rakyat Indonesia Tbk (BRI) buka suara terkait isu serangan ransomware terhadap… Read More

1 hour ago

Ini Dia Kunci Sukses Fajar Satritama, Drummer Edane Menjadi Bankir Profesional

Jakarta– Di Industri musik Tanah Air, nama Fajar Satritama sudah tidak asing terdengar. Ia dikenal… Read More

2 hours ago

Status Pailit Sritex Inkrah, BNI Bantu Pemerintah Cari Solusi Terbaik

Jakarta - Mahkamah Agung (MA) telah mengeluarkan putusan kasasi yang diajukan PT Sri Rejeki Isman… Read More

5 hours ago

Alhamdulillah! KB Bukopin Finance Sudah Turnaround Tahun Ini

Jakarta - Setelah didera kerugian selama empat tahun berturut-turut, KB Bukopin Finance (KBBF) mulai bangkit… Read More

6 hours ago

Stasiun Whoosh Karawang Dibuka 24 Desember, Perjalanan Jakarta-Karawang Hanya 15 Menit

Jakarta - Stasiun Whoosh Karawang akan resmi melayani penumpang mulai 24 Desember 2024. Pembukaan ini… Read More

15 hours ago

Pemerintah Targetkan Revisi Aturan DHE SDA Terbit pada Januari 2025

Jakarta – Pemerintah tengah mempersiapkan aturan mengenai revisi kebijakan Devisa Hasil Ekspor (DHE) Sumber Daya Alam (SDA)… Read More

20 hours ago