Jakarta — Sekretaris Bidang Kebijakan Ekonomi DPP Partai Golkar, Abdul Rahman Farisi, memberikan apresiasi tinggi terhadap langkah tegas Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Bahlil Lahadalia yang berinisiatif mengevaluasi izin-izin blok minyak dan gas (migas) yang selama ini mangkrak dan tidak produktif.
Ia menyebut langkah tersebut sebagai bagian dari model gerak cepat dalam membalikkan kurva lifting migas yang selama ini terus menurun.
“Silih berganti Menteri ESDM, tapi lifting minyak nasional terus menurun. Ketum Bahlil Lahadalia tidak ragu mengambil keputusan sulit demi menyelamatkan kepentingan nasional. Ini bukan sekadar evaluasi izin, ini adalah upaya strategis untuk membalikkan arah kurva lifting minyak yang selama ini terus melandai,” ujar Abdul Rahman Farisi, Minggu (18/5).
Baca juga: Presiden Prabowo Instruksikan Bahlil Reformasi Subsidi LPG
Abdul Rahman menilai Bahlil memiliki karakter kepemimpinan yang tidak hanya tegas, tetapi juga solutif dan kolaboratif. Pengalamannya sebagai Kepala BKPM/Menteri Investasi membuatnya memahami secara utuh tantangan sektor energi, seperti keruwetan perizinan dan lambannya realisasi investasi.
“Menteri Bahlil punya nyali sekaligus visi. Ia tahu bahwa blok-blok migas yang tidur bukan hanya beban administratif, tapi ancaman langsung terhadap ketahanan energi bangsa. Maka ketika ia menyatakan akan mengevaluasi secara total bahkan meminta restu Presiden Prabowo itu adalah bentuk tanggung jawabnya terhadap masa depan energi Indonesia,” lanjut Abdul Rahman.
Ia berharap agar proses evaluasi dilakukan secara transparan, adil, dan berbasis pada kinerja nyata. Izin usaha yang tidak menunjukkan kemajuan sebaiknya segera ditertibkan dan dialihkan kepada pelaku usaha yang memiliki komitmen dan kapasitas.
“Negara tidak boleh disandera oleh pemegang izin yang hanya duduk di atas potensi tanpa realisasi. Migas adalah sektor strategis yang menyangkut hajat hidup rakyat banyak. Karena itu, kita semua wajib mendukung langkah Menteri Bahlil,” ujar mantan dosen Fakultas Ekonomi dan Bisnis ini.
Langkah Bahlil juga dinilai sebagai momentum penting untuk mendorong potensi besar dari blok-blok migas yang telah ditemukan namun belum dikembangkan (undeveloped discoveries).
Terdapat sekitar 58 blok yang seharusnya bisa memberikan kontribusi besar terhadap peningkatan lifting nasional. Namun, tantangan seperti lokasi geografis yang terpencil, kondisi sosial, faktor keamanan, dan keterbatasan finansial operator masih menjadi kendala utama.
Menurut Abdul Rahman, pemerintah perlu mengambil langkah strategis dan komprehensif, termasuk menghadirkan infrastruktur dasar di wilayah-wilayah remote seperti pelabuhan, jalan, dan akses pendukung lainnya.
Baca juga: Produksi Perdana Minyak Forel-Terubuk Dimulai, Prabowo: Kita akan Hemat Puluhan Miliar USD
Koordinasi lintas kementerian, lembaga, dan pemerintah daerah juga harus diperkuat, terutama dalam mengatasi persoalan pertanahan yang dominan menghambat produksi migas di wilayah darat. Ia menambahkan, kehadiran pemerintah dalam mencari solusi pendanaan sangat penting, termasuk melalui skema-skema inovatif seperti yang ditawarkan oleh Danantara.
“Ini adalah titik balik menuju target 1 juta barel per hari. Saya optimis, dengan pola kepemimpinannya, Pak Menteri Bahlil datang untuk membalikkan kurva lifting migas,” tutup Abdul Rahman. (*) Ari Nugroho
Poin Penting Muhammad Yamin raih penghargaan Top CEO Infobank 2025 menandakan keberhasilannya memimpin transformasi bisnis… Read More
Poin Penting Akuntan harus menjaga kredibilitas laporan, integritas, dan tata kelola untuk kepercayaan pasar. IAI… Read More
Poin Penting MSIG Indonesia menata ulang strategi untuk menghadapi risiko iklim, transformasi energi, dan digitalisasi… Read More
Poin Penting Nilai distribusi aksi korporasi emiten sepanjang 2025 mencapai Rp464 triliun lewat 7.048 tindakan… Read More
Poin Penting Investor pasar modal tembus 20,12 juta SID, tumbuh 35 persen sepanjang 2025 Investor… Read More
Poin Penting KB Bank dan Tjiwi Kimia lakukan transaksi sukuk Rp400 miliar untuk perkuat kualitas… Read More