Keuangan

AAJI Ungkap Sederet Tantangan Industri Asuransi Jiwa, Apa Saja?

Jakarta – Industri asuransi jiwa di Indonesia tengah menghadapi berbagai tantangan yang menyebabkan penurunan penjualan. Direktur Eksekutif Asosiasi Asuransi Jiwa Indonesia (AAJI), Togar Pasaribu menjelaskan beberapa faktor yang mempengaruhi kinerja industri ini.

Salah satu alasan utama penurunan penjualan asuransi jiwa adalah rendahnya kesadaran masyarakat terhadap pentingnya asuransi. Meskipun berbagai upaya telah dilakukan untuk meningkatkan pemahaman publik, masih banyak masyarakat yang belum sepenuhnya memahami manfaat dan pentingnya memiliki asuransi jiwa.

Togar menambahkan, hal ini membuat penjualan asuransi melalui platform digital kurang efektif, karena masyarakat Indonesia cenderung membutuhkan interaksi langsung untuk memahami produk asuransi dengan baik.

Baca juga: Tegaskan Komitmen Peduli Lingkungan, BRI Life Berpartisipasi dalam AAJI Peduli Bumi

“Penjualan melalui digital menurut kami mungkin belum efektif. Bukan saya bilang belum ada, sudah ada, tapi enggak efektif,” ujarnya saat ditemui di Rumah AAJI, Senin, 10 Juni 2024.

Menurutnya, masyarakat Indonesia masih lebih nyaman dengan pendekatan tatap muka dalam membeli produk asuransi. Oleh karena itu, penggunaan agen asuransi dan bank assurance dianggap lebih efektif dibandingkan dengan penjualan digital.

Interaksi langsung memungkinkan calon nasabah untuk mendapatkan penjelasan yang lebih mendetail dan memuaskan tentang produk asuransi yang ditawarkan.

Baca juga: AAJI Catat Klaim Asuransi Jiwa Rp162,75 Triliun Sepanjang 2023

Lebih lanjut, Togar menyebut bahwa meskipun operasional dan aspek lainnya sudah sepenuhnya digital, interaksi tatap muka tetap menjadi kunci dalam penjualan asuransi. Digitalisasi operasional memberikan efisiensi yang signifikan, namun tidak dapat menggantikan peran agen dalam proses penjualan.

Tak hanya itu, permasalahan terkait produk unit link juga turut mempengaruhi kepercayaan nasabah terhadap industri asuransi jiwa. Meskipun produk unit link telah memberikan manfaat kepada banyak orang, sejumlah masalah yang muncul di masa lalu menyebabkan ketidakpercayaan di kalangan nasabah.

Togar menekankan pentingnya penyelesaian masalah-masalah ini untuk memulihkan kepercayaan nasabah.

“Ya kalau ada masalah ya harus diselesaikan, gitu ya. Tetap harus begitu. Cuma maksud saya, bahwa unit link itu sendiri sebenarnya sudah memberi manfaat ke banyak orang,” pungkasnya. (*) Alfi Salima Puteri

Muhamad Ibrahim

Recent Posts

Harita Nickel Raup Pendapatan Rp20,38 Triliun di Kuartal III 2024, Ini Penopangnya

Jakarta – PT Trimegah Bangun Persada Tbk (NCKL) atau Harita Nickel pada hari ini (22/11)… Read More

31 mins ago

NPI Kuartal III 2024 Surplus, Airlangga: Sinyal Stabilitas Ketahanan Eksternal Terjaga

Jakarta - Neraca Pembayaran Indonesia (NPI) pada kuartal III 2024 mencatatkan surplus sebesar USD5,9 miliar, di… Read More

42 mins ago

Peluncuran Reksa Dana Indeks ESGQ45 IDX KEHATI

Head of Institutional Banking Group PT Bank DBS Indonesia Kunardy Lie memberikan sambutan saat acara… Read More

2 hours ago

Pacu Bisnis, Bank Mandiri Bidik Transaksi di Ajang GATF 2024

Pengunjung melintas didepan layar yang ada dalam ajang gelaran Garuda Indonesia Travel Festival (GATF) 2024… Read More

3 hours ago

Eastspring Investments Gandeng DBS Indonesia Terbitkan Reksa Dana Berbasis ESG

Jakarta - PT Eastspring Investments Indonesia atau Eastspring Indonesia sebagai manajer investasi penerbit reksa dana… Read More

4 hours ago

Transaksi Kartu ATM Makin Menyusut, Masyarakat Lebih Pilih QRIS

Jakarta - Bank Indonesia (BI) mencatat perubahan tren transaksi pembayaran pada Oktober 2024. Penggunaan kartu ATM/Debit menyusut sebesar 11,4… Read More

4 hours ago