Jakarta – AXA Mandiri optimis kinerja tahun ini bisa terus tumbuh sejalan dengan pertumbuhan industri asuransi jiwa secara nasional.
Hal tersebut ditopang oleh strategi perusahaan yang terus menggenjot peningkatan kualitas dan kuantitas produk.
“Tentunya dengan terus meningkatkan kualitas dan kuantitas produk kami baik dari segi kuantitas maupun dari segi kualitas,” kata Direktur AXA Mandiri, Henky Oktavianus di Jakarta, Kamis, 16 Agustus 2018.
Seperti diketahui, sepanjang tahun 2017 AXA Mandiri berhasil mencatatkan total pendapatan premi sebesar lebih Rp8,4 Triliun. Jumlah ini naik naik 5,1% jika dibandingkan dengan total pndapatan tahun 2016 yang lalu.
Selain itu, denganjumlah polis asuransi lebih dari 3,8 juta polis, AXA Mandiri telah menjalankan kewajiban menyampaikan amanah para pemegang polis dengan membayarkan klaim dan manfaat sebesar lebih dari Rp5,3 Triliun.
Dari segi aset, AXA Mandiri juga menunjukkan peningkatan sebesar 17,9% yaitu dari Rp25,39 Triliun pada tahun 2016 menjadi Rp29,94 pada akhir tahun 2017.
Catatan menarik lainnya adalah pencatatan ekuitas sebesar Rp2,12 triliun yang menunjukkan bahwa AXA Mandiri memiliki permodalan yang kuat dan kinerja kesehatan keuangan yang baik untuk menjalankan bisnis asuransi jiwa.
“Hal ini dibuktikan dengan pencapaian RBC AXA Mandiri sebesar 269% di atas batas minimum RBC ratio yang ditentukan oleh OJK sebesar 120%,” jelasnya.
Disisi lain saat ini alokasi asset dana perusahaan AXA Mandiri terdiri dari Money market, Surat berharga Negara, surat berharga korporasi dan Reksadana saham.
Adapun pilihan investasi unit link yang dimiliki AXA Mandiri saat ini berjumlah 15 portfolio unit link yang terdiri dari pilihan investasi pada instrument pasar uang, obligasi dan saham. Empat (4) fund diantaranya merupakan fund Syariah.
“AXA Mandiri tetap berfokus terhadap tujuan investasi masing masing portfolio. Sebagai contoh portfolio Saham tetap berfokus pada tujuan jangka panjang dengan menginvestasikan pada saham yang memiliki kapitalisasi terbesar di Indonesia (blue chip). Begitu pula dengan portfolio Obligasi yang mayoritas asetnya merupakan obligasi milik Pemerintah Indonesia, sehingga memiliki risiko yang relatif kecil” terangnya. (*)