Jakarta – Berdasarkan hasil Survei Kesejahteraan yang dilakukan oleh Cigna menyebutkan, masyarakat Indonesia merasa siap secara finansial untuk masa depan, menaruh kepercayaan tinggi terhadap pendapat keluarga mengenai perencanaan keuangan, dan memilih untuk mendapatkan layanan kesehatan dari pemerintah karena tingginya biaya layanan kesehatan swasta.
Dengan mengangkat persepsi dan kekhawatiran kesejahteraan masyarakat di 5 aspek utama yakni kesejahteraan, fisik, keluarga, sosial, keuangan, dan kerja, survei Cigna ditahun ini diikuti oleh lebih banyak negara dibandingkan survei tiga tahun terakhir, atau sebanyak 23 negara dan wilayah di dunia turut berpartisipasi.
CEO Cigna Indonesia Herlin Sutanto mengatakan, survei tahunan ini merupakan bagian dari komitmen perusahaan dalam memahami berbagai persepsi orang-orang. Dengan demikian perusahan dapat mengembangkan perlindungan yang lebih baik untuk membantu perencanaan kebutuhan kesehatan dan keuangan masyarakat Indonesia
“Kami yang terus dilakukan untuk membantu orang-orang yang kami layani meningkatkan kesehatan, kesejahteraan dan rasa aman mereka,” ujar Herlin seperti dikutip dalam keterangannya, di Jakarta, Selasa, 10 Juli 2018.
Skor kesejahteraan Indonesia sendiri mengalami sedikit penurunan dibandingkan tahun lalu, yakni dari 62.8 menjadi 61.0 poin. Skor Indonesia berimbang dengan negara-negara Eropa seperti Perancis dan Spanyol, dan sedikit di atas negara tetangga, Singapura.
Indikator Sosial menunjukkan penurunan yang paling signifikan yaitu sebanyak 8.4 poin. Penurunan ini sebagian besar disebabkan oleh kurangnya waktu untuk rekreasi dan menghabiskan waktu bersama teman. Turunnya skor Indikator Sosial ini menunjukkan semakin banyak masyarakat Indonesia yang merasa tidak dapat menghabiskan waktu yang cukup bersama teman atau melakukan hobi karena terlalu sibuk untuk menjalankan rutinitas sehari-hari.
Meskipun Indikator Sosial mengalami penurunan yang cukup signifikan, tingkat stres masyarakat Indonesia ternyata tidak setinggi negara lain yang disurvei. Sebanyak 86 persen responden dari seluruh negara yang turut berpartisipasi mengatakan bahwa mereka merasa stres, namun di Indonesia responden yang mengatakan bahwa mereka merasa stres hanya sebesar 75 persen.
Tingkat stres ini merupakan tingkat stres terendah dari seluruh negara yang disurvei. Menurut sebagian besar responden di Indonesia yang merasa stres, mereka dapat mengendalikan rasa stres mereka dengan mencurahkan keluhan mereka kepada teman atau keluarga. Sementara itu, 25 persen dari masyarakat Indonesia mengatakan bahwa mereka sama sekali tidak merasa stres, atau terendah dibandingkan 22 negara lainnya.
Baca juga: Hadapi Digitalisasi, BPJS Kesehatan Gencarkan Layanan Rujukan Online
Di negara tetangga seperti Singapura dan Thailand, tingkat stres bahkan berada di atas rata-rata, di mana 91 persen responden mengatakan bahwa mereka merasa stres.
“Keuangan dan pekerjaan merupakan penyumbang utama rasa stres. Survei kami mengungkapkan beberapa alasan penyebab stres di antaranya hubungan yang buruk dengan atasan dalam pekerjaan dan ketidakmampuan untuk mengurus kebutuhan, kesehatan dan kesejahteraan orang tua,” tambah Director dan Chief Marketing Officer Cigna Indonesia, Ben Furneaux.
Sementara itu, 7 dari 10 responden di Indonesia siap untuk memasuki usia pensiun, baik secara sosial maupun keuangan. Angka ini berada di atas rata-rata global, yakni 5 dari 10 responden. Meskipun demikian, tanpa perencanaan keuangan yang baik, optimisme ini bisa menghasilkan risiko di kemudian hari.
Survei juga menunjukkan, sebanyak 44 persen dari masyarakat Indonesia berharap anak mereka akan mengurus mereka saat mereka tua. Jumlah ini jauh di atas rata-rata global yang sebesar 22 persen. Lalu sebanyak 40 persen mengatakan bahwa mereka tidak memiliki kekhawatiran yang berarti setelah mereka pensiun.
“Tanpa perencanaan keuangan yang tepat, optimisme ini bisa mendatangkan risiko yang tidak diinginkan nantinya, dan ekspektasi mereka mengenai kesiapan di hari tua bisa saja mengecewakan mereka di masa depan,” ucap Ben.
Hal ini semakin menjadi tantangan dengan fakta hasil survei yang mengungkapkan hanya 20 persen masyarakat Indonesia berpikir bahwa akan memiliki uang yang cukup setelah mereka tidak lagi produktif, dan 42 persen akan menggunakan uang pribadi untuk menanggung biaya pengobatan di hari tua.
Di sisi lain, sebagian besar responden di Indonesia setuju bahwa asuransi itu penting. Sebanyak 8 dari 10 orang percaya asuransi merupakan hal yang penting ketika mengatur kesejahteraan keuangan secara keseluruhan. Sebanyak 70 persen responden mengatakan mereka mencari nasihat dan pendapat mengenai kesejahteraan hidup dari pasangan, sementara 46 persen responden mencari nasihat dari orang tua.
“Ini berarti keluarga memegang peranan yang penting dalam membantu orang yang kita sayangi dalam mempersiapkan masa depan yang pasti. Maka dari itu, sangat penting bagi kami untuk membantu mereka memahami perencanaan keuangan mereka melalui persiapan yang sederhana namun berguna dan dapat diterapkan,” paparnya.
Dalam hal kualitas, keahlian, kecepatan dan jaringan yang luas, masyarakat di Indonesia lebih memilih layanan kesehatan swasta dibandingkan layanan kesehatan umum atau pemerintah. Sama halnya dengan responden di kebanyakan negara, mayoritas reponden mengatakan kualitas pelayanan dari layanan kesehatan swasta lebih baik dibandingkan umum. Meski demikian, karena alasan biaya yang mahal, setengah dari mereka memilih untuk pergi ke dokter umum saat sakit.
“Cigna sangat mendukung program BPJS yang sangat luar biasa dari pemerintah Indonesia, program ini adalah cara yang sangat baik untuk menyediakan layanan kesehatan yang terjangkau untuk semua orang,“ jelas Ben. (*)