Jakarta – Bank Indonesia (BI) memproyeksikan, inflasi Oktober tetap terkendali. BI mencatatkan bahwa inflasi bulan Oktober yang sebesar 0,14 % (month to month/mtm) tetap terkendali, sesuai dengan pola historisnya.
Berdasarkan data BI, inflasi IHK secara kumulatif (Januari – Oktober) dan tahunan masing-masing mencapai 2,11% (year to date/ytd) dan 3,31% (year on year/yoy). Ke depan, inflasi diperkirakan tetap terkendali dan berada di sekitar batas bawah sasaran inflasi 2016, yaitu 4%±1% (yoy).
Menurut Direktur Eksekutif Departemen Komunikasi Tirta Segara, inflasi Oktober tetap terkendali, terutama karena bersumber dari inflasi komponen administered prices (AP) atau harga yang diatur pemerintah. Inflasi komponen AP tercatat sebesar 0,57% (mtm) atau secara tahunan mengalami inflasi sebesar 0,17% (yoy).
Inflasi AP secara bulanan tersebut terutama bersumber dari kenaikan tarif listrik, harga bahan bakar rumah tangga, tarif kereta api serta harga rokok kretek filter, rokok kretek, dan rokok putih.
Sementara itu, inflasi komponen inti tercatat rendah yaitu sebesar 0,10% (mtm) atau 3,08% (yoy). Hal ini sejalan dengan masih terbatasnya permintaan domestik, terkendalinya ekspektasi inflasi, dan menguatnya nilai tukar rupiah.
Tirta menjelaskan, rendahnya inflasi inti juga disebabkan oleh deflasi emas perhiasan seiring penurunan harga emas global. Di sisi lain, kelompok volatile food (VF) tercatat mengalami deflasi sebesar 0,26% (mtm) atau secara tahunan mengalami inflasi sebesar 7,54% (yoy).
Deflasi VF tersebut terutama bersumber dari koreksi harga komoditas bawang merah, daging ayam ras, telur ayam ras, kentang, ikan segar, dan cabai rawit.
Koordinasi kebijakan Pemerintah dan BI dalam mengendalikan inflasi akan terus dilakukan, dengan fokus pada upaya menjamin pasokan dan distribusi, khususnya berbagai bahan kebutuhan pokok, dan menjaga ekspektasi inflasi.(*) (Baca juga : BPS: Laju Inflasi Oktober 2016 Capai 0,14%)