Jakarta – Sebanyak 73 perusahaan pembiayaan (multifinance) dianugerahi “Infobank Multifinance Awards 2019” oleh Majalah Infobank. Penghargaan diberikan di Le Meridien Hotel, Sudirman, Jakarta, Kamis, 19 September 2019.
Penghargaan diberikan berdasarkan hasil rating terhadap 176 multifinance di Indonesia yang dilakukan oleh Biro Riset Infobank (birI). Penilaian dilakukan pada kinerja keuangan multifinance berdasarkan laporan keuangan tahun 2017 dan 2018 (audited).
Ada dua pendekatan utama yang digunakan Biro Riset Infobank untuk merating 176 multifinance. Yakni, pendekatan rasio keuangan penting dan pendekatan pertumbuhan.
Hasil rating, dari total 176 multifinance yang masih aktif beroperasi di Indonesia, ada 73 multifinance yang berhasil meraih predikat “Sangat Bagus”.
Ke-73 multifinance peraih predikat “Sangat Bagus” inilah yang dianugerahi penghargaan oleh Majalah Infobank pada ajang “15th Infobank Multifinance Awards 2019”.
“Penghargaan ini sebagai bentuk apresiasi dan dukungan Infobank terhadap perusahaan pembiayaan yang berhasil meraih kinerja terbaiknya di tahun 2018 meski kondisi perekonomian sedang kurang kondusif,” ujar Eko B. Supriyanto, Direktur Biro Riset Infobank, dalam kata sambutannya.
Dua PR Besar
Setelah melewati masa-masa sulit dalam lima tahun terakhir, industri multifinance mulai bernafas lega. Setidaknya, dalam dua tahun terakhir sudah tumbuh positif.
Namun, masih ada dua pekerjaan rumah (PR) besar industri multifinance nasional yang mesti dihadapi.
Satu, multifinance yang berhasil mencetak laba namun modalnya cekak, pemiliknya harus menahan diri untuk tidak mengambil dividen.
Dua, multifinance yang merugi dan modalnya di bawah ketentuan minimum, harus segera menambah modal, baik dari kantong sendiri maupun investor strategis.
“Sesuai ketentuan POJK No 29 Tahun 2014, perusahaan pembiayaan diwajibkan memenuhi modal minimum Rp100 miliar pada akhir tahun 2019,” ujar Eko.
Sementara, terkait potensi bisnis multifinance, masih menjanjikan keuntungan menarik, terutama bagi perusahaan multifinance yang mampu berkompetisi.
Multifinance juga perlu mencoba ceruk pasar baru. Jika pasar otomotif yang selama ini menjadi pasar utama multifinance nasional, saat ini perlu melirik pembiayaan infrastruktur dan UMKM.
“Itu pasar besar. Tapi, untuk menggarap potensi pasar ini, perusahaan pembiayaan harus memperkuat modal dan kemampuan untuk memitigasi risiko,” saran Eko. (*)
Jakarta - Mahkamah Pidana Internasional (International Criminal Court/ICC) resmi mengeluarkan surat perintah penangkapan terhadap Perdana Menteri Israel, Benjamin… Read More
Jakarta - PT Mandiri Sekuritas memproyeksikan pertumbuhan Produk Domestik Bruto (PDB) yang stabil pada kisaran… Read More
Jakarta – PT Trimegah Bangun Persada Tbk (NCKL) atau Harita Nickel pada hari ini (22/11)… Read More
Jakarta - Neraca Pembayaran Indonesia (NPI) pada kuartal III 2024 mencatatkan surplus sebesar USD5,9 miliar, di… Read More
Jakarta - Kapolda Sumbar Irjen. Pol. Suharyono menjelaskan kronologis polisi tembak polisi yang melibatkan bawahannya,… Read More
Jakarta – Wakil Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM), Yuliot Tanjung mendukung langkah PLN… Read More