News Update

60 Juta Warga Indonesia Aktif di Sosmed, MMA Bagikan Tips Optimalkan Social Commerce

Poin Penting

  • Indonesia memiliki potensi besar social commerce, dengan 60 juta pengguna media sosial dan proyeksi belanja iklan digital mencapai USD3,2 miliar pada 2026.
  • MMA Indonesia menekankan tiga strategi utama bagi pemasar: pengelolaan data yang kuat, kolaborasi lintas sektor, serta pembelajaran berkelanjutan untuk menyusun strategi yang efektif.
  • Pemanfaatan AI dan momentum Ramadan 2026 menjadi peluang besar bagi brand untuk meningkatkan engagement, loyalitas, dan efektivitas pemasaran digital.

Jakarta – Dengan populasi besar dan dominasi generasi muda, Indonesia menjadi pasar potensial bagi berbagai sektor usaha. Para pemasar dituntut terus beradaptasi agar dapat menjangkau pasar yang dinamis, salah satunya melalui pemanfaatan teknologi digital.

Country Head and Board of Director Marketing + Media Alliance Indonesia (MMA Indonesia), Shanti Tolani, menegaskan bahwa institusi akan semakin tertinggal jika masih mengandalkan cara-cara konvensional di tengah besarnya belanja iklan digital yang diperkirakan mencapai USD3,2 miliar pada 2026.

MMA Indonesia juga memproyeksikan investasi teknologi artificial intelligence (AI), termasuk generative AI, akan tumbuh 57,44 persen dari USD47 miliar pada 2025 menjadi USD74 miliar pada 2030.

“Itu cuma lima tahun. Tapi kalau kita lihat, lima tahun ini significant growth. Kenapa bisa? Indonesia is one great population, and a lot of youth population, a lot of social commerce, social media growth,” ujar Shanti saat ditemui dalam acara media gathering peluncuran Modern Marketing Reckoner (MMR) 2025 Annual Industry Report di Jakarta, Rabu, 10 Desember 2025.

Baca juga: Lindungi UMKM Lokal, Pemerintah Segera Tata Social Commerce

Shanti menjelaskan bahwa Indonesia memiliki sekitar 60 juta individu yang aktif di media sosial, sebuah potensi besar untuk dimaksimalkan melalui social marketing dan retail media networks.

“Bila Anda melihat lanskap digital ekonomi Indonesia, kita melihat pertumbuhan cepat pada investasi teknologi. Kita melihat berbagai brand yang sedang berinvestasi di genetic AI, mereka melihat return 40 persen dari investasi yang mereka lakukan itu,” kata Shanti.

Ia juga menyoroti momentum Ramadan 2026 sebagai periode prime time baru bagi para pengiklan.

“Kita melihat Ramadan sebagai new prime time. Di mana, ada waktu sahur misalnya, dari 3 AM ke 5 AM, itu 60 juta orang Indonesia sedang online,” bebernya.

Tiga Kunci Optimasi Social Commerce

Shanti memaparkan tiga langkah utama yang perlu dilakukan para pemasar untuk mengoptimalkan potensi social commerce:

1. Pengelolaan Data

Shanti mengatakan, pemasar harus memperhatikan konsolidasi data, pembangunan infrastruktur data, serta penguasaan data science dan monetization. Data yang rapi memungkinkan integrasi AI yang efektif dalam aktivitas pemasaran dan penjualan.

2. Kolaborasi

Shanti menekankan, betapa pentingnya kolaborasi lintas sektor, mulai dari pemerintah, brand, agency, media, hingga telekomunikasi, untuk mengoptimalkan potensi social commerce.

“Kalau semua pikirannya cuma pertumbuhan keuntungannya sendiri, hasil optimal tak akan terwujud. Paling penting adalah long-term consumer value. Konsumen Indonesia perlu apa, kepentingan atau kebutuhannya apa,” jelas Shanti.

Menurutnya, fokus pada long-term consumer value seperti engagement dan loyalty akan memperkuat ikatan emosional konsumen dan meningkatkan penggunaan suatu brand.

“Kita memandang brand perlu berpikir social commerce dulu. Gimana caranya kita bisa mengomunikasikan dengan storytelling yang benar, pesan yang benar, bawa nilai ke konsumen,” sambung Shanti.

3. Belajar dari Momen dan Konsisten Berinovasi

Shanti menekankan bahwa setiap momentum, termasuk Ramadan, harus menjadi pelajaran untuk strategi berkelanjutan. Pemasar perlu mengidentifikasi strategi yang efektif, memperbaiki kekurangan, dan meninggalkan cara yang tidak berhasil.

“Kita harus belajar dari momen itu, kita harus engage lebih lagi dengan konsumen, apa yang mereka suka dari produk atau layanan kita. Bagaimana kita mengembangkannya, itu juga sangat penting,” jelas Shanti.

Baca juga: Social Commerce Diproyeksi Naik 3 Kali Lipat di 2026, Mendag Harus Segera Revisi Aturan

Upskilling Jadi Penentu Daya Saing Indonesia

Selanjutnya, Shanti juga mendorong para pemasar terus meningkatkan kompetensi dan mempelajari teknologi-teknologi baru agar daya saing Indonesia semakin kuat di kancah global.

“Di dunia marketing, kita perlu bisa belajar hal baru, engage dengan orang, belajar tentang tren apa yang lagi berkembang, bagaimana outlook ke depan. Apakah kita bisa take that forward, and how far behind are we,” pungkasnya. (*) Steven Widjaja

Yulian Saputra

Recent Posts

Ini Komitmen Easycash Dorong Peningkatan Literasi dan Inklusi Keuangan RI

Poin Penting Easycash luncurkan MOJANG sebagai panduan praktis agar generasi muda dapat mengelola keuangan dengan… Read More

3 hours ago

Pengamat Beberkan Risiko Besar di Balik Wacana Penghapusan SLIK OJK

Poin Penting Penghapusan SLIK dinilai berisiko tinggi karena berpotensi meningkatkan kredit macet (NPL) akibat hilangnya… Read More

3 hours ago

Perbanas Beberkan 5 Jurus Hadapi Ketidakpastian Global

Poin Penting Ketidakpastian ekonomi global berada pada level tertinggi dalam lebih dari satu dekade, dipicu… Read More

4 hours ago

ADB Kucurkan Pinjaman USD500 Juta untuk Perkuat Pendidikan dan Perlindungan Sosial RI

Poin Penting ADB memberi pinjaman USD500 juta untuk mendukung reformasi pendidikan, kesehatan, keterampilan, dan perlindungan… Read More

4 hours ago

BFN Fest 2025 Jadi Ajang Mendorong Inklusi Keuangan dan Perkuat Kepercayaan Publik

Poin Penting Mandiri BFN Fest 2025 resmi dibuka AFTECH sebagai puncak Bulan Fintech Nasional, menjadi… Read More

4 hours ago

Begini Jurus Maybank Tingkatkan Literasi Keuangan Generasi Muda

Poin Penting Cashville Kidz adalah program Maybank untuk anak 9 sampai 12 tahun agar belajar… Read More

5 hours ago