Turun 23%, Laba Maybank Indonesia Hanya Rp757 Miliar

Turun 23%, Laba Maybank Indonesia Hanya Rp757 Miliar

Jakarta – PT Bank Maybank Indonesia Tbk (Maybank Indonesia) hari ini mengumumkan Laba bersih setelah pajak dan kepentingan non pengendali (PATAMI) sebesar Rp757 miliar untuk semester pertama 2019, turun sekitar 23% bila dibandingkan dengan periode yang sama di 2018 yang mencapai Rp933 miliar.

Presiden Direktur Maybank Indonesia Taswin Zakaria mengatakan, Enam bulan pertama 2019 terbukti memiliki tantangan yang sama seperti tahun lalu.

“Penurunan ini dikarenakan adanya peningkatan provisi sehubungan Bank menempuh langkah konservatif dalam melakukan pencadangan untuk kredit bisnis yang terdampak kondisi pasar yang terus menantang,” ujar Taswin seperti dikutip dalam keterangannya di Jakarta, Senin 29 Juli 2019.

Sementara pendapatan operasional sebelum provisi naik 2,1% menjadi Rp2,0 triliun untuk semester pertama yang berakhir 30 Juni 2019 dibandingkan dengan Rp1,97 triliun pada periode yang sama tahun lalu.

Pertumbuhan Pendapatan Operasional ini terutama didukung peningkatan fee based income, manajemen pengelolaan biaya yang berkelanjutan dan kenaikan pendapatan bunga bersih sejalan dengan pertumbuhan kredit yang mencapai 6,6% selama enam bulan pertama 2019.

Maybank Indonesia juga mencatat pertumbuhan pendapatan non bunga (fee based income) sebesar 14,1% menjadi Rp1,2 triliun pada Juni 2019 dibandingkan Rp1 triliun pada Juni 2018 didukung fee Global Market, bancassurance, administrasi kredit, pemulihan kredit dan layanan lain yang disediakan Bank.

Pendapatan bunga bersih meningkat 2,4% menjadi Rp4 triliun dari Rp3,9 triliun sementara Marjin Bunga Bersih sedikit menurun yaitu sebesar 28 basis poin menjadi 4,8%.

Hal ini disebabkan oleh surplus likuiditas karena Bank melakukan langkah proaktif untuk memastikan Bank memiliki likuiditas yang cukup untuk memitigasi risiko selama dan setelah pemilihan umum. Bank akan meneruskan pelaksanaan pricing kredit dan pengelolaan dana secara aktif untuk dapat lebih baik memitigasi tekanan pada marjin.

Biaya overhead tetap terkendali dengan pertumbuhan sebesar 6,5% menjadi Rp3,2 triliun pada Juni 2019 dari Rp3 triliun pada Juni 2018 sebagai hasil inisiatif pengelolaan biaya yang baik di seluruh lini bisnis dan support unit Bank. Biaya overhead ini termasuk insentif yang dibayarkan untuk simpanan mudharabah yang tumbuh 111,7%. Tanpa biaya insentif tersebut, biaya operasional turun 1,3% pada Juni 2019.

Sementara kredit meningkat sebesar 6,6% menjadi Rp135,4 triliun per 30 Juni 2019 dari Rp127,1 triliun per 30 Juni 2018. Perbankan Global membukukan pertumbuhan kredit yang kuat sebesar 25,6% menjadi Rp37,8 triliun dari Rp30,1 triliun terutama didukung kredit Badan Usaha Milik Negara (BUMN) dan korporasi papan atas (perusahaan top tier) untuk pembiayaan infrastruktur dan investasi.

Kredit Community Financial Services (CFS) Non-Ritel, yang terdiri dari Mikro, Usaha Kecil & Menengah (UKM) dan Business Banking tumbuh sebesar 1,6% menjadi Rp54,6 triliun, sementara kredit CFS Ritel tercatat sebesar Rp43, triliun per Juni 2019. Bank mengelola turunnya eksposur dari commercial accounts yang menyebabkan peningkatan Non-Performing Loans (NPL) dan telah secara aktif melakukan restrukturisasi.

Bank menjaga posisi likuiditas yang kuat dengan simpanan nasabah meningkat 10,1% menjadi Rp125,2 triliun pada Juni 2019. Rasio Loan-to-Deposit (LDR-Bank saja) berada pada level yang sehat sebesar 92,3% sementara Rasio Liquidity Coverage (LCR Bank) berada pada 165,7% per Juni 2019, jauh melampaui kewajiban minimum sebesar 100%.

Selama semester pertama 2019 Bank juga menyelesaikan penerbitan Obligasi Berkelanjutan II Bank Tahap IV sebesar Rp640,5 miliar untuk lebih lanjut mendiversifikasi dan memperkuat profil likuiditas.

Bank meningkatkan provisi kerugian kredit (loan loss provision) nasabah sebesar 46,3% menjadi Rp975 miliar pada Juni 2019 yang terutama disebabkan oleh beberapa nasabah komersial. Bank terus menempuh langkah proaktif untuk mendukung nasabah dalam menghadapi tantangan dan akan terus melakukan langkah konservatif dalam menjaga postur risikonya untuk meningkatkan kualitas aset.

Posisi modal Bank tetap kuat dengan Rasio Kecukupan Modal sebesar 19,1% pada Juni 2019 dibandingkan 18,8% tahun lalu dan total modal Rp26,2 triliun pada Juni 2019 dibandingkan Rp24,7 triliun per Juni 2018. (*)

 

Editor: Rezkiana Np

Related Posts

News Update

Top News