Tradisi Jimpitan Ronda Dukung Inklusi Keuangan

Tradisi Jimpitan Ronda Dukung Inklusi Keuangan

Oleh Agung Galih Satwiko

PASAR keuangan global kemarin ditutup positif. Meskipun kenaikan Fed Fund rate diyakini akan menarik dana dari emerging market, namun di sisi lain hal ini menunjukkan ekonomi AS yang membaik, sehingga bisa diharapkan untuk menopang pertumbuhan ekonomi global. Indeks Nikkei Jepang naik 1,4%, dan DAX Index Jerman naik 0,5%. Pasar saham AS libur pada hari senin memperingati US Memorial Day.

Belanja konsumen di Jepang bulan April turun 0,4% yoy, setelah turun 5,3% yoy di bulan sebelumnya. Lemahnya konsumsi masyarakat Jepang, yang membangun sekitar 60% dari GDP Jepang), menunjukkan ekonomi Jepang belum juga membaik. Di bulan yang sama, ekspor Jepang turun 10%, sementara inflasi tercatat minus 0,3% (deflasi). Satu-satunya hal yang positif adalah tingkat pengangguran Jepang yang terjaga rendah di sekitar 3,2% pada bulan April. Dalam upaya untuk menggerakkan ekonomi, Mr. Abe saat ini tengah mencoba meyakinkan parlemen untuk menunda pengenaan tambahan pajak penjualan dari 8% menjadi 10% hingga tahun 2019.

Wall Street Journal kemarin memberitakan mengenai kegiatan jimpitan ronda di Kelurahan Patehan Jogjakarta. Kegiatan ini awalnya adalah kegiatan ronda dimana peronda melakukan patroli sekaligus mengambil sejumput beras yang ditaruh oleh warga di setiap rumahnya. Beras tersebut kemudian dikumpulkan peronda dan dijual. Hasil penjualannya akan digunakan untuk kegiatan masyarakat di kampung tersebut. Kegiatan ini dalam beberapa tahun terakhir telah berubah menjadi mengoleksi uang yang besarannya umumnya Rp500 – Rp2.000 dari setiap rumah. Belakangan, dengan semakin banyaknya akumulasi dana tersebut, komunitas di kelurahan Patehan menyisihkan sebagian dana untuk usaha simpan pinjam dengan bunga terjangkau. Saat ini bunga yang berlaku sebesar 12%. Rata-rata pinjaman di bawah Rp3 juta. Dengan adanya fasilitas ini maka masyarakat dapat meminjam langsung tanpa harus ke bank yang tentu memiliki persyaratan yang lebih ketat. Belum pernah ada yang default dalam program ini. Dana yang didedikasikan untuk usaha simpan pinjam saat ini mencapai sekitar Rp60 juta. Meskipun kecil namun diperkirakan akan terus berkembang.

Sementara itu, Bloomberg kemarin memberitakan global fund manager memperkirakan S&P akan menaikkan sovereign credit rating Indonesia menjadi investment grade (BBB-) tahun ini. Schroder Investment Management Ltd., Aberdeen Asset Management Plc., dan Natixis Asset Management memprediksi rating upgrade tersebut. Upaya Pemerintah untuk mendorong proyek infrastruktur, pemotongan subsidi bahan bakar minyak, rangkaian kebijakan ekonomi, dan inflasi yang terkendali membuat posisi Indonesia favorable untuk rating upgrade. Sejauh ini investor telah menunjukkan appetite terhadap Indonesia dengan membeli obligasi Pemerintah baik dalam Rupiah maupun dalam USD. Masing-masing telah memberikan return kurang lebih 10% ytd.

Dari Eropa, pertumbuhan ekonomi Prancis, Negara dengan ekonomi terbesar kedua di Eropa, pada triwulan I tercatat sebesar 0,6% qoq. Pertumbuhan ekonomi yang positif dalam 3 triwulan berturut-turut menunjukkan ekonomi Perancis melakukan konsolidasi setelah beberapa tahun terakhir melemah. Data ini melengkapi data pertumbuhan ekonomi Jerman yang tumbuh 0,7% pada triwulan I 2016. Meskipun demikian, data purchasing managers index zona Eropa secara keseluruhan yang dirilis minggu lalu menunjukkan pelaku bisnis baik sektor manufaktur maupun jasa mengurangi aktivitas bisnisnya.

Pasar SUN kemarin ditutup melemah. Yield SUN tenor 10 tahun naik 3 bps ke level 7,88% (ytd turun 86 bps, akhir tahun lalu 8,74%). IHSG ditutup naik 21 poin (0,4%) ke level 4.836 (ytd 5,3%, akhir tahun sebesar 4.593). Investor asing membukukan net buy sebesar Rp575 miliar, sehingga year to date investor asing membukukan net buy sebesar Rp3,8 triliun. Sementara itu, nilai tukar Rupiah kemarin ditutup melemah Rp53 menjadi Rp13.640/USD. NDF 1 bulan ditutup melemah Rp40 ke level Rp13.705/USD. CDS 5 tahun turun 1 bps (persepsi risiko turun) ke level 189 bps. CDS Indonesia 5 tahun telah turun 41 bps sejak akhir tahun lalu yang tercatat sebesar 230 bps. (*)

Penulis adalah staf Wakil Ketua DK OJK

Related Posts

News Update

Top News