Tingkat Bunga Negatif di Asia

Tingkat Bunga Negatif di Asia

oleh Agung Galih Satwiko

 

PASAR saham Asia hari Juma,t 29 Januari 2016 ditutup menguat setelah BOJ menerapkan kebijakan tingkat bunga negatif yang pertama kalinya bagi Jepang. Indeks Nikkei naik 2,80%, Hang Seng naik 2,54%, Shanghai Composite naik 3,09%, Kospi Korsel naik 0,27% dan Singapore STI naik 2,60%. Sementara pasar Eropa juga ditutup menguat dengan berita adopsi tingkat bunga negatif oleh BOJ. Pelaku pasar memperkirakan langkah BOJ ini juga akan ditindaklanjuti oleh ECB pada bulan Maret mendatang dengan membuat tingkat bunga acuan Eropa menjadi lebih negatif dan atau memperluas QE. FTSE 100 Inggris naik 2,56%, DAX Jerman naik 1,64%, CAC 40 Perancis naik 2,19% dan IBEX 35 Spanyol naik 2,62%. Pasar ekuitas US ditutup menguat setelah langkah BOJ menurunkan tingkat bunga acuan ke level negatif menjadi alarm bagi the Fed. Pelaku pasar memperkirakan the Fed tidak akan terburu-buru menaikkan tingkat bunga tahun ini setelah langkah BOJ tersebut. DJIA naik 2,47%, S&P 500 index naik 2,48%, dan NASDAQ composite naik 2,38%. Pagi ini pasar Asia dibuka menguat. Nikkei naik 1,57% dan Kospi Korsel naik 0,56% (08.10 WIB).

Bank of Japan (BOJ) mengejutkan pelaku pasar dengan menerapkan kebijakan tingkat bunga negatif. Dengan mempertimbangkan penguatan Yen, pertumbuhan ekonomi yang stagnan, inflasi yang rendah dan turbulensi di pasar keuangan, BOJ memutuskan untuk mengenakan negative interest rate untuk kelebihan atas giro wajib yang ditetapkan yang ditempatkan di BOJ sebesar minus 0,1% (sebelumnya positif 0,1%). Tujuannya adalah untuk menurunkan biaya dana dan untuk menstimulasi inflasi. Pada kesempatan yang sama BOJ juga menyatakan tidak ada perubahan terhadap pembelian Japanese Government Bonds, exchange traded funds, dan REITs, sebagai bagian dari QE-nya. BOJ juga menegaskan akan menurunkan tingkat bunga acuan menjadi lebih negatif apabila diperlukan. Kebijakan negative interest rate BOJ yang mengikuti kebijakan ECB sebelumnya menunjukkan bahwa tidak ada batas bawah terhadap tingkat bunga acuan. Memang pada tahap sekarang tidak akan banyak jumlah dana yang ditempatkan di BOJ yang terkena minus 0,1%, namun ke depan dimungkinkan untuk semakin besar porsi yang terkena tingkat bunga negatif. Apabila hal ini ditransmisikan oleh bank kepada deposan maka fakta bahwa depositor justru membayar semacam charge/tax kepada bank untuk dana yang didepositokannya, akan menjadi bagian dan kenyataan dalam dunia finansial di masa depan. Bagi negara berkembang termasuk Indonesia, hal ini menjadi berita positif karena adanya potensi inflow dari investor Jepang.

Sementara PBOC pada hari jumat menginjeksi tambahan likuiditas sebesar 100 miliar Yuan (USD15,21 miliar) ke sistem pasar uang, melalui operasi pasar uang. Dengan demikian selama minggu lalu PBOC telah menginjeksi likuiditas ke pasar dengan jumlah neto sebanyak 690 miliar Yuan. Langkah ini dipandang positif oleh pelaku pasar karena berpotensi meningkatkan belanja selama libur tahun baru China. Harga-harga saham di China naik meskipun tidak terdapat tanda-tanda state guided funds melakukan pembelian.

Dari Eropa, inflasi bulan Januari tahun 2016 untuk zona Eropa tercatat sebesar 0,4% yoy. Angka ini tertinggi sejak Oktober 2014, namun demikian masih jauh di bawah target 2%. Sehingga pelaku pasar masih yakin bahwa ECB akan menerbitkan tambahan stimulus pada bulan Maret mendatang. Terlebih langkah BOJ yang menurunkan tingkat bunga menjadi minus 0,10% secara tidak langsung akan melemahkan nilai tukar Yen terhadap USD. Hal ini bisa saja menjadi semacam tools currency wars yang tentunya akan disikapi oleh ECB dengan tambahan stimulus. Masih dari Eropa, Spanyol mencatat pertumbuhan ekonomi Q4 2015 sebesar 3,5% yoy. Sementara untuk setahun penuh 2015, pertumbuhan ekomomi Spanyol tercatat sebesar 3,2% lebih baik daripada tahun 2014 yang tercatat sebesar 1,4%. Angka ini merupakan yang terbaik sejak tahun 2007.

Sementara itu pertumbuhan ekonomi US pada Q4 2015 tercatat sebesar 0,7% yoy. Turunnya belanja konsumen, jatuhnya ekspor, dan rendahnya produksi serta inventories pada Q4 2015 menjadi faktor yang menyebabkan pelambatan ekonomi di Q4. Untuk keseluruhan tahun 2015 US mencatat pertumbuhan ekonomi sebesar 2,4% sama dengan tahun 2014. Pertumbuhan ekonomi US tidak pernah melewati 3% sejak tahun 2005.

Harga minyak ditutup naik. WTI crude Nymex untuk pengiriman Maret naik USD0,40 (1,2%) ke level USD33,62 per barrel. Sementara Brent crude London’s ICE untuk pengiriman Maret naik USD0,85 (2,5%) ke level USD34,74 per barrel. Berita di seputar harga minyak masih di kisaran akan adanya koordinasi antara Negara produsen minyak non OPEC dengan OPEC, walaupun hal ini dibantah oleh OPEC. Iran sendiri menyatakan bahwa tidak akan ada pengurangan produksi minyak Iran sebelum ekspor minyak Iran meningkat pasca dihentikannya sanksi atas Iran. Sementara itu, data Baker Hughes hari Jumat menunjukkan jumlah kilang minyak US kembali turun minggu lalu, kali ini sebanyak 12 sehingga jumlah kilang minyak aktif di US menjadi 498 unit.

Yield UST turun setelah langkah BOJ menurunkan tingkat bunga acuan membuat pelaku pasar mencari safe haven securities yang masih memberikan tingkat bunga positif dengan fundamental ekonomi yang cukup kuat yaitu dalam hal ini UST. Langkah BOJ membuat investor beralih ke aset dolar yang diperkirakan akan menguat. Yield UST 10 year turun 5 bps ke level 1,93%, sementara UST 30 year turun 4 bps ke level 2,75%. Sejak awal tahun ini, yield UST 10 year telah turun 34 bps (akhir tahun lalu 2,27%). Sementara di Eropa yield German bund tenor 10 tahun turun 6 bps ke level 0,34%.

Pasar SUN menguat cukup signifikan, yield SUN tenor 10 tahun turun 16 bps ke level 8,26%. Yield SUN tenor 10 tahun telah turun 48 bps sejak akhir tahun lalu yang tercatat sebesar 8,74%. IHSG pada penutupan kemarin naik 12,33 poin (0,27%) ke level 4.615,16. Year to date IHSG membukukan kenaikan indeks sebesar 0,48% (IHSG akhir tahun lalu sebesar 4.593,00). Asing membukukan net buy sebesar Rp1,42 triliun sehingga year to date asing masih membukukan net sell sebesar Rp2,32 triliun. Sementara itu, nilai tukar rupiah ditutup menguat Rp95 ke level Rp13.778 per Dolar AS. NDF Rupiah 1M menguat Rp178 ke level Rp13.743. NDF 1 bulan lebih kuat daripada kurs spot menunjukkan akan adanya potensi penguatan kurs spot dalam jangka pendek. Selain itu tingkat bunga pasar (yield obligasi, dll.) juga diperkirakan akan turun. Persepsi risiko turun, CDS spread 5Y turun 4 poin ke level 233.

Secara umum pasar keuangan menyambut positif langkah BOJ menurunkan tingkat bunga menjadi negatif. Hal ini diperkirakan akan membuat the Fed mempertimbangkan kembali kebijakan kenaikan Fed Fund Rate tahun ini yang sebelumnya disebutkan akan dilakukan sebanyak empat kali dengan total kenaikan 1%. ECB juga diperkirakan akan melakukan langkah-langkah untuk memberikan tambahan stimulus. (*)

(Agung Galih Satwiko-Staf Khusus Waka DK OJK)

Related Posts

News Update

Top News