Sektor Jasa AS Melambat

Sektor Jasa AS Melambat

oleh Agung Galih Satwiko

 
PASAR saham Asia hari Rabu, 3 Februari 2016 ditutup melemah melanjutkan pelemahan sebelumnya karena faktor turunnya harga minyak di sesi perdagangan Asia. Turunnya harga minyak membuat investor menjual saham-saham sektor energi dan juga sektor terkait. Namun demikian penurunan di sesi perdagangan Asia ini kemudian berbalik menjadi peningkatan harga minyak pada sesi perdagangan di US.

Indeks Nikkei turun 3,15%, Hang Seng turun 2,34%, Shanghai Composite turun 0,38%, Kospi Korsel turun 0,84% dan Singapore STI turun 1,10%. Sementara pasar Eropa ditutup melemah cukup signifikan seiring dengan pelemahan saham sektor finansial dan mengikuti pelemahan di Asia. FTSE 100 Inggris turun 1,43%, DAX Jerman turun 1,53%, CAC 40 Perancis turun 1,33% dan IBEX 35 Spanyol turun 2,51%. Pasar ekuitas US ditutup naik dengan naiknya harga minyak. DJIA naik 1,13%, S&P 500 index naik 0,50%, dan NASDAQ composite turun 0,28%. Pasar saham secara umum tidak memiliki arah yang jelas, dan hanya menghasilkan peningkatan volatilitas. Pagi ini pasar Asia dibuka mixed. Nikkei turun 0,54% dan Kospi Korsel naik 0,96% (09.00 WIB).

Dari China, dua data service purchasing managers index menunjukkan sektor jasa China masih melakukan ekspansi. Data official non-manufacturing PMI meskipun tercatat turun dari 54,4 di bulan Desember ke 53,5 di bulan Januari, masih membukukan angka di atas 50, sehingga masih melakukan ekspansi. Demikian juga dengan data Caixin services PMI yang naik dari 50,2 di bulan Desember menjadi 52,4 di bulan Januari. Secara umum pertumbuhan dan perkembangan positif sektor jasa di China me-offset pelemahan dan kontraksi di sektor manufaktur. Sektor manufaktur China saat ini terus terkontraksi karena kapasitas yang idle dan turunnya permintaan. Masih dari China, dalam upaya untuk mengangkat sektor properti, Pemerintah China mengumumkan penurunan down payment pembelian rumah dari 25% menjadi 20%. Bagi keluarga yang telah memiliki rumah namun belum lunas, dan ingin membeli rumah berikutnya, down payment juga diturunkan dari 40% menjadi 30%.

Masih dari China, kemarin diumumkan akuisisi Syngenta, perusahaan kimia Swiss, oleh perusahaan kimia China CemChina, dalam sebuah M&A deal sebesar USD47,9 miliar (USD43 miliar cash, sisanya debt). Ini merupakan nilai akuisisi terbesar oleh perusahaan China sejauh ini setelah CNOOC yang mengakuisisi perusahaan minyak dan gas Kanada Nexen Inc. pada tahun 2012 sebesar USD18,3 miliar. Hal ini juga semakin menegaskan dominasi perusahaan China di pasar global.

Dari AS, sektor swasta AS menambah tenaga kerja sebanyak 205.000 pekerja di bulan Januari. Automatic Data Processing (ADP) menyebutkan angka ini turun dari angka revisi pada bulan Desember lalu yang tercatat sebesar 267.000 pekerja. Meskipun menurun angka ini lebih baik daripada perkiraan pengamat yaitu sebesar 190.000 dan menunjukkan resiliensi sektor tenaga kerja AS terhadap turbulensi global saat ini. Masih dari AS, Institute for Supply Management merilis data non-manufacturing PMI US bulan Januari yang turun menjadi 53,5 dibandingkan 55,8 di bulan Desember. Data ini juga lebih rendah dari perkiraan pelaku pasar sebesar 55,2. Meskipun masih berekspansi, namun ekspansi yang melambat tersebut menggambarkan kemungkinan spill over pelemahan di sektor manufaktur ke sektor jasa.

Pasar mulai mengkhawatirkan penurunan kinerja sektor perbankan setelah adanya kebijakan tingkat bunga negatif yang berpotensi menggerus laba perbankan. Selain itu turunnya kinerja perusahaan sektor energi juga membuat pelaku pasar khawatir akan berimbas pada meningkatnya kredit macet di sektor perbankan. Pelemahan di pasar saham global juga dikhawatirkan akan mengurangi kekayaan investor sehingga akan berdampak pada semakin turunnya permiintaan agregat yang mengarah pada resesi global. Dari 10 sektor utama yang membangun S&P index, sektor finansial mengalami loss terbesar yaitu sebesar 13% ytd diikuti sektor energy yang turun 7,4% ytd.

Harga minyak ditutup naik setelah kemarin Rusia menyatakan kembali kesediaannya untuk berdiskusi dengan OPEC mengenai rencana untuk menurunkan output dan meningkatkan harga minyak. Kenaikan harga minyak juga dipengaruhi oleh melemahnya USD akibat turunnya ekspansi sektor jasa US. Di sisi lain Energy Information Administration (EIA) melaporkan data cadangan minyak mentah US naik 7,8 juta barrel untuk minggu yang berakhir 29 Januari, sehingga menjadi 502,7 juta barrel. Cadangan ini merupakan yang tertinggi sejak tahun 1980an. WTI crude Nymex untuk pengiriman Maret naik USD2,40 (8%) ke level USD32,28 per barrel. Sementara Brent crude London’s ICE untuk pengiriman Maret naik USD2,32 (7,1%) ke level USD35,04 per barrel.

Yield UST naik setelah kenaikan harga minyak membuat investor kembali mengoleksi aset yang lebih berisiko. Pengumuman US Treasury bahwa US akan mengurangi penerbitan UST pada Q2 sebesar USD12 miliar yang sejatinya berdampak pada penurunan yield karena berkurangnya supply berhadapan dengan faktor kenaikan harga minyak di sisi yang berseberangan. Yield UST 10 year naik 2 bps ke level 1,88%, sementara UST 30 year naik 2 bps ke level 2,70%. Sejak awal tahun ini, yield UST 10 year telah turun 39 bps (akhir tahun lalu 2,27%). Di Eropa yield German bund tenor 10 tahun turun 3 bps ke level 0,27%.

Pasar SUN melemah, yield SUN tenor 10 tahun naik 5 bps ke level 8,16%. Yield SUN tenor 10 tahun telah turun 58 bps sejak akhir tahun lalu yang tercatat sebesar 8,74%. IHSG pada penutupan kemarin naik 8,67 poin (0,19%) ke level 4.596,10. IHSG terus berada di teritori negatif namun dengan trend meningkat, sebelum ditutup positif pada jam terakhir perdagangan. Year to date IHSG membukukan penurunan indeks sebesar 0,12% (IHSG akhir tahun lalu sebesar 4.593,00). Asing membukukan net sell sebesar Rp168,1 miliar sehingga year to date asing membukukan net sell sebesar Rp2,27 triliun. Sementara itu, nilai tukar Rupiah ditutup melemah Rp77 ke level Rp13.770 per Dolar AS. Namun demikian NDF Rupiah 1M menguat Rp21 ke level Rp13.794. Secara teknikal Rupiah diperkirakan akan menguat karena menyempitnya spread antara forward dengan spot. Persepsi risiko naik, CDS spread 5Y naik 5 poin ke level 245. (*)

Related Posts

News Update

Top News