Putra Terbaik BI dan Perbankan, Marjanto Danoesapoetro Wafat

Putra Terbaik BI dan Perbankan, Marjanto Danoesapoetro Wafat

Ketua Perbanas Sigit Pramono tabur bunga di makam Marjanto Danoesapoetro. (Foto: Istimewa)
Ketua Perbanas Sigit Pramono tabur bunga di makam Marjanto Danoesapoetro. (Foto: Istimewa)
Gubernur BI Agus Marto saat menghadiri pemakaman Marjanto Danoesapoetro. (Foto: Istimewa)
Gubernur BI Agus Marto saat menghadiri pemakaman Marjanto Danoesapoetro. (Foto: Istimewa)

 

Innalillahi wainnaillaihi roji’un. Pada hari Kamis, 12 Mei 2016 tepat pukul 18.18 dunia perbankan kehilangan salah satu bankir senior Marjanto Danoesapoetro.

Marjanto begitu menyelesaikan kuliahnya di Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia, langsung meniti karir di Bank Indonesia dan jabatan terakhirnya ialah sebagai direktur (sekarang deputi gubernur) dan sebagai anggota Dewan Gubernur BI.

Agus D.W. Martowardojo, Gubernur BI (yang juga pernah menjadi Ketua Umum Perbanas ) dalam sambutannya ketika upacara pemakaman Marjanto, memberi kesaksian bahwa almarhum adalah salah satu putra terbaik Bank Indonesia dan dunia perbankan pada umumnya. Dan menurut Agus, almarhum adalah adalah salah satu bankir senior yang selalu aktif memberikan kontribusi pemikiran, tenaga dan waktunya untuk kemajuan dunia perbankan dan kesejahteraan Indonesia. Kesaksian Agus Martowardojo ini tentu bukan sembarang kesaksian karena Agus juga pernah menjadi Ketua Umum Perbanas dan IBI, di organisasi yang sama almarhum Marjanto sangat aktif.

Seperti diketahui, setelah berkarir sebagai bankir di bank sentral, Marjanto kemudian bergabung di bank-bank komersial dan aktif sebagai pegiat di organisasi perbankan, Perbanas dan IBI, hingga akhir hayatnya. Almarhum adalah salah seorang bankir yang sangat loyal dan aktif dalam kegiatan Perbanas dan IBI.

Beliau sangat teguh dalam berpegang pada prinsip bahwa Perbanas harus menjadi organisasi yang independen.  Perbanas harus aktif memberikan masukan kepada Pemerintah dan regulator. Perbanas harus berani bersikap kritis. Sikap seperti itu barangkali terasa biasa saja bagi mereka yang memang aktif dalam suatu organisasi dan berasal dari perbankan komersial. Sikap kritis seperti itu menjadi sangat istimewa karena ditunjukkan oleh seseorang yang dibesarkan sebagai bankir dari bank sentral.

Dalam berbagai kesempatan misalnya, almarhum sering menyampaikan bahwa BMPD (Badan Musyawarah Perbankan Daerah) sebaiknya dibubarkan saja atas dasar 2 alasan. Alasan yang pertama ialah karena secara legal formalnya BMPP (BMP Pusat) sebagai induk BMPD sudah dibubarkan. Alasan yang kedua ialah karena zaman sudah berubah. Menurut Marjanto sudah bukan zamannya lagi orang dari regulator itu seolah-olah selalu menjadi atasan bagi orang-orang dari bank-bank lain. Selalu menjadi “boss” dari semua bank.

Dalam kesempatan lain, Marjanto mengatakan, bahwa dia sangat sedih jika melihat ada “adik-adik”nya (dia selalu menggunakan istilah “adik” untuk para juniornya baik di BI maupun OJK) di lembaga regulator yang masih menggunakan pendekatan kekuasaan.

“Orang-orang regulator yang selalu menggunakan pendekatan kekuasaan itu akan susah hidupnya jika kelak dia pensiun,” kata Marjanto sambil tersenyum penuh arti.

Menurut Ustadz yang memimpin doa di upacara pemakaman Marjanto kemarin siang tanggal 13 Mei 2016 yang lalu, sekurang-kurangnya ada 2 ciri orang yang meninggal dalam keadaan baik, yakni dia meninggal di hari Jum’at (menurut perhitungan kalender Hijriyah pukul 18.18 Kamis itu sudah masuk hari Jumat). Ciri kedua, jenazahnya disholatkan oleh lebih dari 40 orang (almarhum disholatkan oleh jamaah sholat jumat yang jumlahnya ratusan orang).

Semoga almarhum Marjanto Danoesapoetro husnul khotimah. Diterima segala amal ibadahnya, diampuni semua dosanya. (*)

 

Sigit Pramono, Ketua Umum Perbanas

Related Posts

News Update

Top News