Merah Biru Rapor Unit Link

Merah Biru Rapor Unit Link

Brankas premi industri asuransi jiwa terus dijejali unit link yang sebagian besar dananya tertanam di pasar modal. Namun, unit link belum mampu menjadi pesaing bank dalam perebutan dana pihak ketiga. Apalagi ketika pasar saham kembali meleleh, seperti terjadi pada 2015, dan membuat return unit link banyak yang negatif. Produk unit link mana yang return-nya membiru dan yang memerah? Produk unit link masih menarik di tengah pasar saham yang masih sempoyongan? Karnoto Mohamad

Jakarta–Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) di Bursa Efek Indonesia (BEI) sepanjang 2015 meleleh. Jika pada akhir 2014 IHSG berada di level 5.226,96, akhir tahun lalu menjadi di level 4.593,01 atau anjlok 13,8%. Yang duitnya terjerembap di pasar saham bukan hanya kalangan investor saham, melainkan juga banyak kalangan investor baru yang bermain di pasar modal lewat berbagai pintu, misalnya reksa dana dan asuransi unit link. Hingga tulisan ini dibuat minggu ketiga Januari lalu, IHSG belum ada tanda-tanda rebound, bahkan melemah mengikuti penurunan indeks bursa utama dunia yang masih sempoyongan.

Kalau menyimak imbal hasil reksa dana maupun unit link sepanjang 2015, wajar jika banyak investor kedua produk investasi ini gigit jari karena duitnya yang diharapkan bisa berkembang biak seperti pada 2014 tidak terwujud. Karena return-nya anjlok tahun lalu, maka reksa dana maupun unit link yang selama ini berusaha menjadi pesaing bank dalam perebutan dana pihak ketiga (DPK) pun sedang kalah pamor dibandingkan dengan deposito perbankan. Secara year on year (yoy), sampai dengan September 2015, premi bruto industri asuransi jiwa dari unit link hanya bertambah Rp6 triliun. Sedangkan, simpanan bernilai kurang dari Rp100 juta di perbankan bertambah Rp60 triliun.

Menurut data Biro Riset Infobank (birI) dan Infovesta, imbal hasil produk berbasis investasi tersebut pada 2015 jauh di bawah suku bunga deposito bank umum, baik yang berjangka waktu satu bulan yang sebesar 7,97% maupun 12 bulan yang mencapai 9,08%. Bandingkan dengan indeks imbal hasil reksa dana berbasis saham yang return-nya minus 14,54% maupun unit link berbasis saham yang imbal hasilnya tergerogoti 12,38%.
Return minus reksa dana maupun unit link juga terjadi pada investasi berbasis campuran, kendati lebih rendah. Sedangkan, investor reksa dana maupun unit link berbasis pendapatan tetap beruntung masih bisa menikmati kenaikan yield positif, kendati tipis. (Lihat tabel: Return Investasi Tahun 2015)
Di tengah meredupnya return unit link, perusahaan-perusahaan asuransi jiwa belum akan berhenti menjual produk asuransi berbasis investasi. Perusahaan mana saja yang gencar memasarkan unit link? Produk unit link apa saja yang paling diminati? Dan bagaimana kinerja produk-produk unit link tersebut? Simak ulasan lengkap mengenai peringkat unit link terbaik 2016 dalam “Rating 432 Unit Link” yang terbit di Majalah Infobank No. 445 Edisi Pebruari 2016.

Related Posts

News Update

Top News