Ketidakpastian Ekonomi Global Dapat Jadi Momentum Kebangkitan Koperasi

Ketidakpastian Ekonomi Global Dapat Jadi Momentum Kebangkitan Koperasi

Jakarta – Ditengah ketidakpastian ekonomi global serta perlambatan ekonomi, Pemerintah diharap dapat menggunakan momentum tersebut untuk membangkitkan sistem ekonomi berbasis koperasi.

Hal tersebut disampaikan oleh Ekonom Institute for Development of Economics and Finance (INDEF) Bhima Yudistira saat menghadiri diskusi Nawala.co forum dengan tema Menopang Langkah Koperasi di Era Digital. Bhima menilai, sudah selayaknya Pemerintah dapat berdiri dengan sistem koperasi.

“Ini momentum, karena pada saat ekonomi melemah ini ya saatnya kembali ke koperasi dan koperasi harus bangkit,” kata Bhima di Jakarta, Selasa 21 Agustus 2018.

Bhima menambahkan, pengembangan koperasi tersebut dapat dilakukan dengan terus membuat relaksasi terhadap skema Kredit Usaha Rakyat, dimana saat ini jumlah koperasi produktif sudah mulai berkembang dan sudah banyak koperasi yang berkerjasama dengan perbankan.

Baca juga: Koperasi Berpotensi Sumbang Pertumbuhan Ekonomi Nasional

“Pemerintah dapat terus mengembangkan Koperasi caranya dengan mendukung koperasi naik kelas, ditambah dengan skema KUR yang lebih baik dan dapat dijangkau masyarakat,” tambah Bhima.

Tak hanya itu, Bhima juga menilai, pengembangan koperasi dalam skema digital perlu dilakukan guna terus meningkatkan kelas dan level koperasi di Indonesia. Tak hanya itu, dirinya juga menyebut pengembangan koperasi juga dianggap akan mengamankan defisit transaksi berjalan (current account defisit/CAD). Sebab, menurutnya dengan pembatasan impor saja dikhawatirkan akan berdampak negatif ke dunia usaha.

“Momentum yang tepat karena kalau Pemerintah atur impor dengan regulasi ini terlalu beresiko karena Pembatasan ini dikhawatirkan akan blunder karena para pengusaha nantinya belum siap,” kata Bhima.

Sebagai informasi, BI mencatat defisit transaksi berjalan meningkat pada triwulan II 2018. Defisit transaksi berjalan tercatat 8,0 miliar dolar AS (3,0% PDB) pada triwulan II 2018, lebih tinggi dibandingkan dengan defisit triwulan sebelumnya sebesar 5,7 miliar dolar AS (2,2% PDB).(*)

Related Posts

News Update

Top News