Dana Asing Masuk, Rupiah Menguat

Dana Asing Masuk, Rupiah Menguat

oleh Agung Galih Satwiko

 
PASAR saham Asia hari Senin, 8 Februari 2016 umumnya ditutup menguat. Bursa saham Jepang naik didorong oleh solidnya laporan keuangan perusahaan Jepang. Indeks Nikkei naik 1,10%, SET Thailand naik 0,10%, dan Sensex India naik 0,10%. Banyak pasar saham Asia tutup karena libur tahun baru China. Sementara pasar Eropa ditutup melemah signifikan seiring investor menjual saham karena data nonfarm payroll AS yang tidak sesuai ekspektasi dan juga penjualan saham-saham sektor perbankan. FTSE 100 Inggris turun 2,71%, DAX Jerman turun 3,30%, CAC 40 Perancis turun 3,20% dan IBEX 35 Spanyol turun 4,44%. Pasar ekuitas US ditutup turun seiring turunnya harga minyak dankekhawatiran akan terjadinya resesi global. Saham high tech khususnya saham the FANG (Facebook, Amazon, NetFlix dan Google Alphabet) melanjutkan penurunan yang terjadi sejak hari Jumat lalu. DJIA turun 1,10%, S&P 500 index turun 1,42%, dan NASDAQ composite turun 1,82%. Pagi ini pasar Asia dibuka melemah, Nikkei turun 4,40% (08.30 WIB).

Data US nonfarm patrol yang dirilis hari jumat lalu menunjukkan bahwa AS hanya menambah pekerjaan sebanyak 151.000 pada bulan Januari 2016. Angka ini di bawah ekspektasi pelaku pasar sebesar 180.000 pekerjaan. Peningkatan yang kurang dari ekspektasi ini menimbulkan kekhawatiran akan pelemahan ekonomi AS dan bahkan kemungkinan adanya resesi di AS. Namun demikian terdapat hal yang positif dalam data ketenagakerjaan bulan Januari yang dirilis Jumat lalu. Data unemployment rate turun dari 5% ke 4,9%, dan rata-rata gaji pekerja naik 0,5% di bulan Januari. Pelaku pasar telah mereduksi kemungkinan kenaikan Fed Fund Rate pada tanggal 16 Maret mendatang dari 50,8% pada awal Januari menjadi 0% pada tanggal 8 Februari 2016 (Futures Fed Fund Rate Bloomberg). Artinya tidak ada pelaku pasar yang memperkirakan kenaikan FFR pada pertemuan the Fed tanggal 16 Maret 2016.

Dari Indonesia data cadangan devisa akhir bulan Januari 2016 tercatat sebesar USD102,1 miliar, turun dibandingkan akhir Desember lalu sebesar USD105,9 miliar. BI melaporkan penurunan ini akibat penggunaan valas untuk pembayaran utang luar negeri Pemerintah baik pokok maupun kupon. Cadangan devisa tersebut cukup untuk memenuhi kebutuhan impor selama 7,5 bulan atau impor dan debt servicing selama 7,2 bulan, jauh di atas standar cadangan devisa yang cukup yaitu 3 bulan impor. Data ini melengkapi data pertumbuhan ekonomi Indonesia yang juga diumumkan hari Jumat sebesar 5,04% pada Q4 2015 (yoy), dan sebesar 4,79% sepanjang 2015. Meskipun masih tetap rendah, namun pelaku pasar memandang arah pertumbuhan ekonomi Indonesia yang terus meningkat sebagai hal positif. Pertumbuhan ekonomi didorong oleh naiknya belanja Pemerintah pada Q4 sebesar 7,3% yoy. Namun demikian konsumsi rumah tangga yang menopang lebih dari separuh perekonomian hanya tumbuh sebesar 4,9%.

China telah melampaui Kanada sebagai trading partner AS terbesar. Selama lebih dari 10 tahun terakhir Kanada menjadi main trading partner AS. Namun tahun 2015 lalu total perdagangan AS dengan China mencapai rekor tertinggi yaitu sebesar USD598 miliar, melampaui total perdagangan AS dengan Kanada sebesar USD576 miliar. Masih dari Asia, Jepang membukukan surplus neraca transaksi berjalan selama 18 bulan berturut-turut seiring dengan lemahnya harga energi dan turunnya impor. Pada bulan Desember surplus neraca transaksi berjalan Jepang mencapai USD8,2 miliar. Kebijakan bunga negatif oleh Bank of Japan seharusnya berdampak pada pelemahan Yen, namun sejak awal Februari, Yen justru menguat. Nilai tukar Yen sempat melemah sampai ke 121 yen per USD setelah pengumuman kebijakan tingkat bunga negatif akhir Januari lalu, sebelum kembali menguat sampai level 115 yen per USD pada perdagangan kemarin.

Harga minyak ditutup turun, setelah pertemuan antara Venezuela dan Arab Saudi pada hari Minggu tidak menghasilkan rencana untuk menurunkan produksi minyak. Sementara itu, data kilang minyak US yang masih berproduksi terus menurun. Baker Hughes melaporkan jumlah kilang minyak US yang aktif berproduksi turun 31 buah menjadi 467 minggu lalu. Data permintaan minyak China bulan Desember turun 0,8% dibanding setahun sebelumnya, menjadi 11,35 juta barrel per hari. WTI crude Nymex untuk pengiriman Maret turun USD1,20 (3,9%) ke level USD29,69 per barrel. Sementara Brent crude London’s ICE untuk pengiriman April turun USD1,18 (3,5%) ke level USD32,88 per barrel.

Yield UST turun setelah investor kembali menjual risky asset dan membeli safe haven asset. Turunnya UST juga ditengarai karena semakin banyaknya obligasi Pemerintah khususnya di Eropa dan Jepang, yang memberikan imbal hasil hampir nol atau bahkan negatif. Yield UST 10 year turun 11 bps ke level 1,74%, sementara UST 30 year turun 12 bps ke level 2,55%. Sejak awal tahun ini, yield UST 10 year telah turun 53 bps (akhir tahun lalu 2,27%). Di Eropa yield German bund tenor 10 tahun turun 8 bps ke level 0,21%.

Pasar SUN hari Jumat lalu ditutup menguat, yield SUN tenor 10 tahun turun 8 bps ke level 8,02%. Yield SUN tenor 10 tahun telah turun 72 bps sejak akhir tahun lalu yang tercatat sebesar 8,74%. IHSG pada penutupan hari Jumat ditutup naik 133,13 poin (2,85%) ke level 4.798,94. IHSG terus berada di teritori positif sepanjang sesi perdagangan Jumat. Year to date IHSG membukukan peningkatan indeks sebesar 4,48% (IHSG akhir tahun lalu sebesar 4.593,00). Asing membukukan net buy sebesar Rp2,31 triliun, sehingga year to date asing membukukan net buy sebesar Rp0,41 triliun. Sementara itu, nilai tukar rupiah ditutup menguat Rp16 ke level Rp13.624 per dolar AS. NDF Rupiah 1M menguat Rp17 ke level Rp13.694. Persepsi risiko relatif tetap, CDS spread 5Y berada di level 241.

Pasar keuangan Indonesia secara umum cukup resilien, ditopang oleh masuknya dana asing. Paket kebijakan ekonomi yang telah diumumkan, fokus ekonomi pada belanja infrastruktur dan kemudahan investasi, tingkat yield obligasi di pasar domestik yang menarik, fundamental ekonomi yang walaupun belum cemerlang namun menunjukkan arah yang positif (inflasi rendah, trade balance positif, pertumbuhan ekonomi yang dalam tren positif, dan mata uang Rupiah yang stabil cenderung menguat), mendukung penguatan di pasar keuangan Indonesia. Indeks saham IHSG telah membukukan positive return sebesar 4,48% year to date jauh lebih baik daripada hampir seluruh indeks saham acuan global (year to date untuk Nikkei -10,6%, Kospi -2,2%, Hang Seng -11,8%, Shanghai Composite -21,9%, India Sensex -7,0%, KLCI Malaysia -1,7%, Singapore STI -9,0%, SET Thailand +1,5%, Philippine -2,6%, DJIA -8,0%, S&P 500 -9,3%, Nasdaq -14,4%, FTSE 100 -8,8%, DAX -16,4%, CAC 40 -12,3%, dan IBEX 35 -14,9%).

Di pasar SBN yield SBN 10 tahun telah turun 72 bps year to date, penurunan terbesar di ASEAN+3. Baiknya kinerja pasar keuangan Indonesia ditopang oleh masuknya dana asing sebesar Rp29 triliun di pasar SBN dan Rp0,41 triliun di pasar saham, sejak awal tahun. Khusus untuk pasar SBN, jumlah outstanding SBN yang dapat diperdagangkan sejak awal tahun 2016 telah naik secara neto sebesar kurang lebih Rp33 triliun dan asing membukukan kenaikan neto sebesar Rp29 triliun. Artinya sebagian besar kenaikan outstanding SBN sejak awal tahun ini diserap oleh investor asing. Namun demikian yield SBN di Indonesia masih tetap yang tertinggi di ASEAN+3. Yield SBN 10 tahun yang sebesar 8,02% masih lebih tinggi dari Vietnam 10 tahun yang tercatat sebesar 7,17%. Hal ini tak lepas dari masih tingginya tingkat bunga acuan di Indonesia (BI rate) yaitu sebesar 7,25%. Outlook inflasi tahun 2016 juga diperkirakan akan meningkat seiring dengan membaiknya perekonomian Indonesia. (*)

Related Posts

News Update

Top News