China Kembali Turunkan GWM

China Kembali Turunkan GWM

oleh Agung Galih Satwiko

 

PASAR saham Asia hari Senin 29 Feb 2016 ditutup melemah setelah PBOC mengarahkan Yuan ke level yang lebih rendah yaitu ke level 6,5490 Yuan per USD. Panduan ini adalah yang terendah dalam tiga minggu terakhir. Indeks Shanghai melemah 2,9%, sementara Nikkei dan Hang Seng Hongkong melemah masing-masing 1% dan 0,9%. Pagi ini pasar Asia dibuka melemah, indeks Nikkei turun 0,24% (08.10 WIB).

Pasar saham Eropa ditutup mixed setelah indeks saham China turun dan disusul adanya kebijakan penurunan giro wajib minimum oleh PBOC. FTSE 100 Inggris naik 0,02% dan DAX Jerman turun 0,19%.

Pasar ekuitas AS ditutup melemah meskipun harga minyak naik. Hal ini karena beberapa data ekonomi cukup mengecewakan, seperti pending home sales yang turun 2,5% di bulan Januari dan Chicago PMI yang berada di area kontraksi. DJIA turun 0,74%, S&P 500 index turun 0,81%, dan NASDAQ composite turun 0,71%.

Pasca-penutupan perdagangan saham di Asia, China mengumumkan penurunan giro wajib minimum (GWM) sebesar 0,5% ke 17%, penurunan kelima berturutan sejak Februari tahun 2015. Langkah ini dilakukan dalam rangka meningkatkan likuiditas Yuan dan meningkatkan kredit. Namun langkah ini dikhawatirkan akan semakin melemahkan Yuan. Dengan penurunan GWM ini maka akan terjadi pelepasan dana sebesar sekitar 700 miliar Yuan (USD107 miliar).

Pejabat dan perwakilan Negara G-20 dalam pertemuan G-20 di Shanghai mengakui bahwa volatilitas berlebih dan pergerakan nilai tukar yang di luar kendali merupakan risiko terhadap stabilitas ekonomi dan pasar keuangan. G-20 berkomitmen untuk tidak menggunakan kebijakan devaluasi kompetitif terhadap mata uangnya masing-masing.

Institute of International Finance melaporkan bahwa aliran dana asing ke emerging market (cross border flow) bulan Februari mencatat penurunan sebesar USD1,1 miliar dari pasar saham dan mencatat peningkatan sebesar USD0,9 miliar ke pasar obligasi.

Harga minyak dunia ditutup naik setelah data turunnya jumlah kilang minyak US sebanyak 26 menjadi 413 dan perbincangan mengenai rencana untuk membekukan output (tidak menambah output) produksi minyak berpotensi membantu mengurangi kelebihan supply. Pada perdagangan kemarin, WTI crude Nymex untuk pengiriman April naik USD0,97 (3%) ke level USD33,75 per barrel. Sementara Brent crude London’s ICE untuk pengiriman April naik USD0,87 (2,5%) ke level USD35,97 per barrel.

Yield UST turun setelah rangkaian data ekonomi seperti Chicago PMI dan pending home sales berada di bawah ekspektasi. Data Chicago PMI US bulan Februari turun 8 poin ke level 47,6 (kontraksi) dari bulan sebelumnya yang tercatat sebesar 55,6. Yield UST 10 year turun 3 bps ke level 1,74%. Sejak awal tahun ini, yield UST 10 year telah turun 53 bps (akhir tahun lalu 2,27%). Sementara di Eropa yield German bund tenor 10 tahun turun 5 bps ke level 0,10%.

Yield German Bund turun ke level terendah dalam 10 bulan terakhir dan menuju ke level 0%. Data inflasi zona Eropa bulan Februari yang turun 0,2% (deflasi) membuat pelaku pasar khawatir akan arah perbaikan ekonomi zona Eropa.

Pasar SUN hari Senin ditutup stabil, yield SUN tenor 10 tahun tetap di level 8,26%. Yield SUN tenor 10 tahun telah turun 48 bps sejak akhir tahun lalu yang tercatat sebesar 8,74%. IHSG ditutup naik 37,81 poin (0,80%) ke level 4.770,95. Year to date IHSG membukukan peningkatan indeks sebesar 3,87% (IHSG akhir tahun lalu sebesar 4.593,00). Sementara itu, nilai tukar Rupiah menguat tipis, naik Rp7 ke level Rp13.375 per Dolar AS. NDF Rupiah 1M menguat Rp52 ke level Rp13.443 per USD, sehingga Rupiah berpotensi menguat hari ini. Persepsi risiko turun, yang tercermin dari penurunan CDS spread 5Y sebesar 4 bps ke level 232. (*)

Penulis adalah staf Wakil Ketua DK OJK.

Related Posts

News Update

Top News