China Berniat Sekuritisasi NPL

China Berniat Sekuritisasi NPL

oleh Agung Galih Satwiko

 

PASAR saham Asia hari Kamis 3 Maret 2016 umumnya ditutup menguat. Indeks Shanghai menguat 0,35%, sementara Nikkei menguat 1,28%. Hangseng Hongkong melemah 0,31%. Pasar saham Eropa ditutup melemah karena pelaku pasar mengambil posisi hati-hati terhadap data US non farm payroll yang akan diumumkan Jumat. FTSE 100 Inggris turun 0,27% dan DAX Jerman turun 0,25%. Sementara pasar ekuitas AS ditutup menguat tipis ditopang oleh naiknya harga saham sector energy, meskipun harga minyak ditutup mixed. DJIA naik 0,26%, S&P 500 index naik 0,35%, dan NASDAQ composite naik 0,09%. Pagi ini pasar Asia dibuka melemah, indeks Nikkei turun 0,15% (09.00 WIB).

Dari AS, data jobless claim, data pekerja yang mengklaim tunjangan karena menganggur naik 6.000 menjadi 278.000 untuk minggu terakhir di bulan Februari 2016. Data ini di atas perkiraan ekonomi yaitu sebesar 270.000 klaim. Meskipun demikian tren jangka panjang terus menurun sejak setelah resesi 2008. Pasar tenaga kerja di AS relatif cukup baik. Tidak terdapat pemberhentian pekerja secara signifikan. Namun demikian data lainnya yaitu data sektor jasa AS menunjukkan penurunan indeks ke level 53,4% dari 53,3% pada bulan sebelumnya. Demikian juga dengan data produktivitas AS yang turun 2,2% pada Q4 2015 dan data peningkatan factory order AS yang di bawah ekspektasi (bulan Januari meningkat 1,6% di bawah ekspektasi peningkatan sebesar 2,4%).

Dari China dilaporkan bahwa China berencana melakukan sekuritisasi terhadap pinjaman yang bermasalah (NPL – Non Performing Loans) yang membebani perbankan China. Sekuritisasi tersebut merupakan strategi China untuk memperbaiki salah satu masalah penyebab melambatnya pertumbuhan ekonomi China, yaitu tumpukan utang yang saat ini telah mencapai 230% terhadap GDP China. Dengan sekuritisasi maka risiko perbankan akan diangkat dan dialihkan ke luar China. Jumlah pinjaman bermasalah di China tercatat sebesar 1,27 triliun Yuan (USD194 miliar). Otoritas China (China Banking Regulatory Commission) telah menyetujui untuk sekuritisasi gelombang pertama sebanyak 50 miliar Yuan. Sekuritisasi NPL bagi sebagian investor yang menyukai risiko merupakan tawaran yang menarik karena menjanjikan return yang lebih tinggi.

Sebelumnya China juga telah menerapkan kebijakan memperluas akses investor luar negeri ke pasar obligasi China. Kelompok investor asing yang boleh membeli obligasi China diperluas mencakup bank komersial asing, perusahaan asuransi, perusahaan sekuritas, pengelola asset, dana pensiun, dan endowment fund. Limit untuk investor jangka panjang juga telah dihapus. Upaya ini menunjukkan komitmen pemerintah China dalam jangka panjang untuk melakukan reformasi menuju ke keterbukaan dan internasionalisasi, termasuk internasionalisasi Yuan, liberalisasi pasar keuangan China dan menarik dana asing ke China.

Marketwatch melaporkan bahwa pengamat saat ini tengah menimbang potensi terjadinya krisis global berikutnya yang dapat berasal dari berbagai sumber, yaitu: jatuhnya pasar saham AS, pasar utang yang semakin meningkat, perubahan kondisi likuiditas global akibat tidak sinkronnya kebijakan moneter, pelambatan aktivitas ekonomi global, dan kondisi saat seluruh Negara maju menghentikan QE.

Harga minyak dunia ditutup mixed. Venezuela menyebutkan bahwa pertemuan untuk membahas pembekuan kuota produksi minyak bulan ini akan dihadiri oleh 15 negara produsen minyak. Pada perdagangan kemarin, WTI crude Nymex untuk pengiriman April turun USD0,09 (0,3%) ke level USD34,57 per barrel. Sementara Brent crude London’s ICE untuk pengiriman April naik USD0,14 (0,4%) ke level USD37,07 per barrel.

Yield UST turun setelah beberapa rangkaian data ekonomi AS menunjukkan belum cukup solidnya keseluruhan ekonomi AS. Yield UST 10 year turun 2 bps ke level 1,83%. Sejak awal tahun ini, yield UST 10 year telah turun 44 bps (akhir tahun lalu 2,27%). Sementara di Eropa yield German bund tenor 10 tahun turun 4 bps ke level 0,17%.

Pasar SUN hari Senin ditutup menguat, yield SUN tenor 10 tahun turun 10 bps ke level 8,05%. Yield SUN tenor 10 tahun telah turun 69 bps sejak akhir tahun lalu yang tercatat sebesar 8,74%. IHSG ditutup naik 7,84 poin (0,16%) ke level 4.844,04. Year to date (ytd) IHSG membukukan peningkatan indeks sebesar 5,4% (IHSG akhir tahun lalu sebesar 4.593,00). Asing mencatat net buy sebesar Rp0,98 triliun sehingga sampai ytd asing membukukan net buy sebesar Rp3,5 triliun. Sementara itu, nilai tukar Rupiah menguat Rp69 ke level Rp13.232 per Dolar AS. NDF Rupiah 1M menguat Rp87 ke level Rp13.258 per USD. Spread antara forward dengan spot cenderung menurun sejak awal 2016 menunjukkan premi risiko yang semakin kecil atau Rupiah yang diperkirakan semakin stabil. Persepsi risiko turun, yang tercermin dari penurunan CDS spread 5Y sebesar 4 bps ke level 215. (*)

Penulis adalah staf Wakil Ketua DK OJK

Related Posts

News Update

Top News