Cadangan Devisa Indonesia Turun USD4,1 miliar

Cadangan Devisa Indonesia Turun USD4,1 miliar

oleh Agung Galih Satwiko

 

 

PASAR saham Asia kemarin umumnya ditutup positif seiring naiknya harga-harga komoditas. Indeks Nikkei Jepang naik 0,6% dan Hang Seng Hongkong naik 0,8%. Sementara pasar saham Eropa dan AS menguat. DAX Index Jerman naik 1,7% dan S&P 500 di AS naik 0,1%.

Posisi cadangan devisa RI pada akhir Mei 2016 tercatat sebesar USD103,6 miliar, lebih rendah daripada posisi akhir April 2016 sebesar USD107,7 miliar. Meskipun mengalami penurunan, jumlah cadangan devisa tersebut masih cukup untuk membiayai 7,9 bulan impor atau 7,6 bulan impor dan pembayaran utang luar negeri pemerintah, serta lebih tinggi daripada standar kecukupan cadangan devisa yang berlaku secara internasional sekitar 3 bulan impor. Penurunan cadangan devisa pada Mei 2016 tersebut terutama dipengaruhi penyediaan valas untuk kebutuhan pembayaran kewajiban valas penduduk sesuai pola musimannya dan penggunaan devisa untuk pembayaran utang luar negeri pemerintah serta untuk stabilisasi nilai tukar rupiah.

Indonesia semalam sukses melakukan pricing SUN dalam denominasi Euro dalam dua tenor, 7 tahun dan 12 tahun, masing-masing EUR1,5 miliar, sehingga total EUR3 miliar. Yield untuk SUN dalam Euro dengan tenor 7 tahun adalah 2,772%, sementara tenor 12 tahun adalah 3,906%. Total orderbook untuk kedua tenor mencapai EUR8,3 miliar. Sementara tenor 12 tahun merupakan tenor yang pertama kalinya diterbitkan oleh Pemerintah Indonesia dalam denominasi EUR.

Hasil lelang SUN kemarin juga menunjukkan hasil yang positif, dimana total incoming bids mencapai Rp42,3 triliun tersebar dalam 5 tenor SUN yang ditawarkan Pemerintah. Pemerintah memenangkan hasil lelang sebesar Rp18 triliun. Weighted average yield untuk seri FR0056, tenor 10 tahun, adalah sebesar 7,72%, sementara untuk SPN 1 tahun sebesar 6,28%.

Pertumbuhan ekonomi zona Eropa Q1-2016 direvisi naik dari yang sebelumnya 0,5% (qoq) dan 1,5% (yoy) menjadi 0,6% (qoq) dan 1,7% (yoy). Demikian dilaporkan oleh Eurostat kemarin. Meskipun pertumbuhan ekonomi tersebut lebih baik dari yang diperkirakan, namun tidak cukup material. Namun demikian hal ini paling tidak menjustifikasi langkah ECB untuk tidak memberikan tambahan stimulus minggu lalu, sambil menungga dampak stimulus bulan Maret terhadap ekonomi secara keseluruhan. Dari seluruh 19 negara dalam zona Eropa, hanya Yunani yang ekonominya mengalami kontraksi pada Q1-2016, yaitu turun 0,5% qoq atau turun 1,9% yoy. Pertumbuhan ekonomi Jerman, Prancis dan Italia masing-masing 0,7%, 0,6% dan 0,3% (qoq).

Menjelang pembelian obligasi korporasi oleh ECB mulai tanggal 8 Juni ini, yield obligasi di Eropa turun hingga mencapai rekor terendahnya kemarin. Kebijakan ini diumumkan pada bulan Maret, dan baru akan dilakukan hari ini. Dengan ekspansi pembelian obligasi tidak hanya obligasi pemerintah namun juga obligasi korporasi, maka diharapkan biaya dana korporasi turun sehingga memacu korporasi untuk menerbitkan obligasi korporasi, malakukan ekspansi dan meningkatkan ekonomi dan inflasi. Yield German bund 10 tahun mencapai rekor terendah yaitu 0,05%, sementara yield obligasi Negara Prancis tenor 10 tahun turun ke 0,41%, Austria 10 tahun turun ke 0,26% dan Belgia 10 tahun turun ke 0,45%.

World Bank menurunkan pertumbuhan ekonomi global menjadi 2,4% tahun ini, turun jauh dibandingkan proyeksi pertumbuhan ekonomi global sebesar 2,9% yang dilaporkan bulan Januari lalu. Pertumbuhan ekonomi Negara maju tumbuh lebih lambat dari yang diperkirakan dan harga komoditas yang secara umum masih tetap rendah berpengaruh terhadap pertumbuhan ekonomi global.

Harga minyak dunia ditutup naik setelah gangguan teroris di ladang minyak Nigeria terus berlanjut dan terdapat indikasi meningkatnya permintaan global terhadap minyak. WTI crude untuk pengiriman Juli naik USD0,67 (1,4%) menjadi USD50,4 per barrel. Sementara Brent Crude untuk pengiriman Agustus naik USD0,89 (1,8%) ke level USD51,4 per barrel.

Yield UST ditutup turun (harga naik) setelah pelaku pasar memperkirakan kenaikan Fed Fund rate tidak akan terjadi pada bulan Juni ini. Yield UST 10 tahun turun 1 bps ke level 1,71%. Sementara yield UST 30 tahun turun 1 bps ke level 2,53%.

Pasar SUN kemarin ditutup menguat. Yield SUN tenor 10 tahun turun 11 bps ke level 7,68% (ytd turun 106 bps, akhir tahun lalu 8,74%). IHSG ditutup naik 38 poin (0,8%) ke level 4.934 (ytd 7,4%, akhir tahun sebesar 4.593). Investor asing membukukan net buy sebesar Rp630 miliar, sehingga year to date investor asing membukukan net buy sebesar Rp6,0 triliun. Sementara itu, nilai tukar Rupiah ditutup menguat Rp107 menjadi Rp13.263/USD. NDF 1 bulan ditutup menguat Rp119 ke level Rp13.269/USD. CDS 5 tahun turun 4 bps (persepsi risiko turun) ke level 184 bps. CDS Indonesia 5 tahun telah turun 46 bps sejak akhir tahun lalu yang tercatat sebesar 230 bps. (*)

 

 

Penulis adalah staf Wakil Ketua DK OJK

Related Posts

News Update

Top News